Ilustrasi

New York, aktual.com – Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (23/12), membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut setelah Moskow mengatakan dapat memangkas produksi minyak mentah sebagai tanggapan atas pembatasan harga G7 pada ekspor Rusia.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terangkat 2,07 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi menetap di 79,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari bertambah 2,94 dolar AS atau 3,63 persen, menjadi ditutup pada 83,92 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Statistik menunjukkan bahwa WTI untuk pengiriman Februari mencapai 80,33 dolar AS per barel di sesi pagi sebelum melepaskan beberapa kenaikan.

Minyak WTI saat ini mencoba untuk menetap di atas level 80 dolar AS karena para pedagang bereaksi terhadap berita terbaru dari Rusia, catat Vladimir Zernov, analis pasar dengan pemasok informasi pasar FX Empire.

Rusia dapat memangkas produksi minyak mentahnya sebesar 5-7 persen pada awal 2023 sebagai tanggapan atas pembatasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara Barat pada awal Desember, menurut laporan media pada Jumat (23/12/2022) yang mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak.

“Potensi pemotongan dari Rusia bisa memberi dorongan lebih banyak,” kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

“Jika permintaan global berlanjut pada kecepatan saat ini, pemotongan itu dapat berdampak signifikan dan kita mungkin tetap berada di kisaran 80-an dolar AS.”

Pasokan minyak dunia bisa menjadi lebih ketat, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ telah mengadopsi pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November 2022.

Uni Eropa, Kelompok Tujuh (G7) dan Australia mulai memberlakukan batasan harga pada minyak mentah lintas laut Rusia pada awal Desember, yang melarang negara peserta menyediakan layanan yang memungkinkan minyak Rusia dikirim melalui laut jika harga naik di atas 60 dolar AS per barel, seperti asuransi dan keuangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Rizky Zulkarnain