Ilustrasi- Kilang Minyak
Ilustrasi- Kilang Minyak

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak naik hampir satu dolar AS per barel di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah turun di bawah level dukungan teknis utama di sesi sebelumnya, karena kebuntuan energi antara Eropa dan Rusia memfokuskan pikiran investor pada seberapa ketat pasokan bahan bakar.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 63 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 88,63 dolar AS per barel pada pukul 06.28 GMT setelah ditutup pada level terendah sejak awal Februari di sesi sebelumnya. Harga minyak mentah berjangka AS naik 70 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 82,64 dolar AS per barel.

Harga minyak mendapat dukungan dari ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan ekspor minyak dan gas negara itu, jika batas harga diberlakukan oleh pembeli Eropa.

Uni Eropa mengusulkan pembatasan harga gas Rusia hanya beberapa jam kemudian, meningkatkan risiko penjatahan di beberapa negara terkaya di dunia pada musim dingin ini jika Moskow melaksanakan ​​​​​​ancamannya. Gazprom Rusia telah menghentikan aliran dari pipa Nord Stream 1, memotong sebagian besar pasokan ke Eropa.

Tren harga minyak sedang dibentuk oleh “berbagai kekuatan eksternal seperti pertempuran energi antara negara-negara Barat dan Rusia,” kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah catatan.

Dampak potensial dari setiap kesepakatan atau mengembalikan kesepakatan antara Barat dan Iran pada program nuklir Teheran juga akan signifikan, kata mereka. Sebuah kesepakatan akan membuat sanksi terhadap ekspor minyak Iran dicabut.

Di tempat lain, bereaksi terhadap melonjaknya harga energi, Perdana Menteri baru Inggris Liz Truss pada Kamis akan membatalkan larangan fracking negara itu dan akan berusaha untuk memanfaatkan lebih banyak cadangannya di Laut Utara, surat kabar Telegraph melaporkan sebelumnya.

Pemerintah Inggris diperkirakan akan mengumumkan lusinan izin eksplorasi minyak dan gas Laut Utara baru dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri, dua sumber yang akrab dengan diskusi pemerintah mengatakan kepada Reuters.

Sementara itu sejumlah bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan memulai babak baru kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga tajam ketika bertemu pada Kamis. Pertemuan Federal Reserve AS menyusul pada 21 September.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra