Jakarta, Aktual.com — Harga minyak AS turun pada Rabu (23/9) pagi, sementara Brent, patokan internasional, naik lagi untuk hari kedua karena para pedagang terus mempertimbangkan kelebihan pasokan global dan pertumbuhan permintaan yang lemah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, merosot menjadi berakhir di 45,83 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 85 sen atau 1,8 persen dari penutupan Senin.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik tipis 16 sen atau 0,3 persen menjadi menetap pada 49,08 dolar AS di perdagangan London.
“Kami melihat banyak volatilitas di pasar,” kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
Pasar minyak New York diikuti saham-saham Wall Street lebih tinggi pada Senin dan mereka jatuh pada Selasa “sebagai akibat dari kekhawatiran tentang Tiongkok dan pertumbuhan ekonomi Eropa,” kata Lipow.
Tidak ada yang spesifik menggerakkan pasar pada Selasa, tambahnya.
“Minyak mentah akan tetap berada di bawah tekanan, terutama karena Iran dan IAEA terus membuat langkah menuju inspeksi, yang akan menyebabkan peningkatan ekspor Iran dan tambahan jumlah minyak di pasar datang pada kuartal pertama 2016.” Tanda-tanda segar dari pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Asia menambah kelesuan dalam gambaran pertumbuhan permintaan.
Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan bahwa pertumbuhan lemah di negara haus energi Tiongkok tahun ini diperkirakan akan menyebabkan pelambatan di seluruh Asia.
ADB memangkas proyeksi pertumbuhan untuk kawasan tersebut dan mengatakan ekspansi 2015 di Tiongkok, konsumen energi utama dunia, akan menjadi yang paling lambat sejak 1990, pada 6,8 persen.
“Pola zigzag kasar beberapa pekan terakhir berlanjut,” analis Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien.
“Namun, sekalipun spekulan berfokus pada penurunan produksi AS saat ini, penting untuk tidak lupa bahwa stok minyak mentah AS saat ini masih 28 persen, atau sedikit di bawah 100 juta barel, lebih tinggi dari biasanya.” “Dengan kata lain, itu akan memakan waktu bagi mereka untuk jatuh kembali ke tingkat normal, meskipun terjadi penurunan produksi di AS.”
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan