Jakarta, Aktual.com — Penawaran Divestasi saham sebesar 10,64 persen dengan harga mencapai USD1,7 oleh pihak PT Freeport kepada pemerintah Indonesai dinilai oleh ekonom terlampau mahal, pasalnya kondisi harga produksi sumber daya alam saat ini terus menurun.
Menurut Ekonom Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda, pemerintah perlu mengaudit PT Freeport terlebih dahulu hingga mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari kelayakan harga Divestasi tersebut.
“Menurut saya, perlu di audit dulu harganya apa memang semahal itu, mengingat harga produk SDA saat ini terus menurun,” tulis Candra melalui pesan elektronik kepada Aktual.com Selasa (19/1).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini Freeport membutuhkan dana yang besar untuk investasi baru, informasi kebangkrutan Freeport sudah diketahui banyak pihak, pemerintah harus berhati-hati untuk membeli saham yang terlampau mahal tersebut.
Sebaiamana diketahui bahwa pihak Freeport telah mengirim surat penawaran Divestasi 10,64 persen Kepada Kementerian ESDM tertanggal Rabu, 13/1.
Dalam kalkulasinya, nilai 100 persen saham PT Freeport Indonesia diklaim mencapai USD16,2 atau setara Rp225,18 triliun dengan kurs Rp13,900. Dengan demikian, harga dari 10,64 persen saham sebesar USD1,7 miliar atau setara dengan Rp23,63 triliun.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan