Ia mengemukakan, biasanya pasokan untuk wilayah Jakarta dipenuhi dari Lampung, namun peternak di Lampung mengalami gagal panen telur, sehingga telur yang dari Blitar sebagian dikirim ke Jakarta, akibatnya yang di Blitar dan sekitarnya pasokannya berkurang.
Selain harga telur yang terus merangkak naik dalam beberapa hari terakhir ini, harga aging ayam potong juga belum ada tanda-tanda penurunan harga sejak Ramadhan hingga Lebaran lalu.
Harga daging ayam potong di pasar tradisional saat ini rata-rata masih Rp37 ribu hingga Rp38 ribu per kilogram, padahal musm Lebaran sudah berlalu hampir sebulan. “Harga kulakannya juga masih tinggi, mau tidak mau pedagang tetap menyesuaikan,” kata Wahyuti, penjual ayam potong di Pasar Besar Malang.
Sedangkan harga ayam kampung juga tetap stabil tinggi. “Sejak bulan puasa sampai sekarang belum ada penurnan harga, bahkan naik terus karena memang tidak ada ayam di tingkat peternak,” kata Bambang, pdagang ayam kampung dan ayam merah di Pasar Tunggulwung.
Menurut Bambang, harga ayam kampung ukuran sedang (tanggung) rata-rata Rp75 ribu hingga Rp80 ribu per ekor. Sedangkan ayam merah rata-rata seharga Rp55 ribu sampai Rp60 ribu per ekor (sekitar 1,5 kilogram).
Akibat mahalnya harga ayam, khususnya ayam merah, Bambang harus kehilangan beberapa pelanggannya yang rata-rata memiliki usaha warung soto dan sop ayam. Sebab, pelanggan minta harga tetap, sedangkan harga ayam di pasaran sudah naik berkali-kali.
“Karena mahalnya harga ayam ini, saya harus kehilangan pelanggan. Pelanggan minta harga tetap, sementara kulakannya sudah mahal. Kalau harganya tetap saya rugi cukup besar karena selisih harga kulakan dengan harga yang diminta pelanggan rata-rata Rp4 ribu per ekor. Jadi lebih baik saya lepas daripada rugi lebih besar,” tuturnya.
(Wisnu/Ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara