Ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam BEM UI melakukan aksi unjuk rasa di Jalan. Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (28/10/2016). Dalam aksinya BEM UI memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88 dan mengkritisi dua tahun kinerja pemerintahan Jokowi-JK. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai peringatan Sumpah Pemuda harus dijadikan momentum bagi kalangan muda untuk bisa menghilangkan patologi atau penyakit birokrasi seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme serta penyalahgunaan kekuasaan.

“Pemuda harus bisa menjadi agen-agen demokrasi yang bisa menghilangkan dan membasmi patologi birokrasi dengan cara tingkatkan efektivitas meritokrasi,” kata Taufik dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (28/10).

Hal itu dikatakannya usai mengajar di Program Magister Administrasi Publik Universitas Diponegoro Semarang.

Menurut dia, cara yang bisa dilakukan adalah memahami sistem meritokrasi yaitu menempatkan seorang sesuai dengan tolak ukur profesionalisme kerja.

Selain itu, katanya, pemuda harus bisa mendorong dan ikut berpartisipasi memunculkan pemimpin-pemimpin visioner melalui elektoral sehingga patologi birokrasi bisa hilang.

Wakil Ketua Umum PAN itu menilai para pemuda merupakan generasi harapan bangsa, diharapkan dari nilai-nilai reformasi yang bergulir, mereka bisa memanfaatkan untuk ambil bagian sebagai calon pemimpin masa mendatang.

“Pemimpin visioner adalah pemimpin yang benar-benar mengilhami, mendalami, dan memahami sumpah pemuda. Pemuda bisa menjadi bagian dalam mencari pemimpin visioner Indonesia mendatang,” ujarnya.

Dia menilai di era reformasi, siapapun bisa menjadi apapun, namun itu bisa menjadi peluang dan ancaman bagi Indonesia.

Menurut dia, menjadi peluang karena setiap orang bisa menjadi pemimpin di semua tingkatan, mulai dari daerah sebagai kepala daerah hingga di tingkat pusat menjadi presiden.

“Menjadi ancaman ketika jatuh pada pemikiran pragmatis yaitu menjadi pemimpin di daerah maupun di pusat menggunakan cara-cara berbahaya seperti politik uang,” katanya.

Ancaman itu menurut dia bisa dihilangkan apabila para pemuda Indonesia memberikan pemahaman bahaya patologi birokrasi dan bisa dihadapi dengan memilih calon visioner melalui tahapan elektoral secara konstitusional seperti Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden.

Antara

Artikel ini ditulis oleh:

Antara