Hingga tiga bulan pertama itu, porsi investasi di reksadana masih cukup dominan, kemudian disusul investasi saham. Kata dia, investasi reksadana sebanyak 35%, saham 30,4%, Surat Berharga Negara (SBN) 13,6%, deposito 9,2%, investasi di sukuk korporasi 7,1%, di properti 2,5%, dan di penyertaan langsung hanya 1,6%.
Meski hasilnya masih minus, para perusahaan asuransi jiwa ternyata semakin agresif berinvestasi. Tercatat jumlah investasi menanjak 16,8 persen dari Rp420,82 triliun pada Januari-Maret 2017 menjadi Rp491,52 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Meski pendapatan menurun di kuartal I ini, Hendrisman masih yakini untuk menorehkan laba positif di tahun ini. Menurutnya, secara tahunan nanti, laba asuransi masih bisa tumbuh positif.
“Saat ini kami belum bisa perkirakan laba karena angkanya masih temporer, ini masih bergerak. Tapi kami yakin laba tidak menurun sampai akhir tahun nanti (secara kumulatif tahunan),” jelas dia.
Pendapatan yang turun juga diakuinya tak serta merta dipengaruhi hasil investasi yang negatif. Kondisi itu juga dipicu oleh pembayaran klaim di kuartal I yang meroket.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid