Jakarta, Aktual.com – PolMark Indonesia menilai hasil survei di 73 daerah pemilihan (Dapil) memperlihatkan bahwa Pilpres 2019 memang memiliki peranan membentuk kecenderungan pilihan dalam Pemilu Legislatif (Pileg).
Sejumlah pemilih cukup signifikan 46,1 persen menyatakan memilih partai politik dalam Pileg yang kadernya menjadi Capres atau Cawapres.
Sementara itu, pemilih yang memilih partai dalam Pileg yang ikut mengusung Capres atau Cawapres pilihan mereka ada dalam jumlah lebih kecil sekalipun tetap signifikan 33,1 persen.
Data lain yang menarik adalah terlihatnya kesenjangan antara gabungan elektabilitas partai para pengusung Capres-Cawapres dengan elektabilitas Capres-Cawapres yang diusungnya.
“Agregat elektabilias Jokowi-Amin di 73 Dapil adalah 40,4%. Gabungan elektabilitas partai-partai pengusung Kandidat No 01 ini adalah 67,4%.”
“Artinya, ada kesenjangan sebesar 27% di antara kedua angka elektabilitas itu,” ujar Eko Bambang Subiantoro Direktur Riset PolMark Research Center dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/3).
Kesenjangan juga terjadi antara agregat elektabilitas Prabowo-Sandi dengan gabungan elektabilitas partai-partai pengusungnya. Elektabilitas Prabowo-Sandi adalah 25,8 persen.
Sementara itu gabungan elektabilitas partai-partai pengusungnya adalah 32 persen. Maknanya, ada kesenjangan sebesar 6,2 persen,” sambung dia.
Temuan lain dari survei di 73 Dapil ini adalah masih menyebarnya preferensi pilihan Capres-Cawapres dari para pemilih partai politik.
Dua partai politik yang kadernya menjadi Capres, yaitu PDIP dan Gerindra, memiliki preferensi paling tegas terhadap Capres-Cawapres yang diusung partainya.
“Hampir 2/3 (tepatnya 74,6%) pemilih PDIP menjadi pemilih Jokowi-Amin. Sementara itu, 68,8% pemilih Gerindra menjadi pemilih Prabowo-Sandi,” tandasnya menambahkan.
Artikel ini ditulis oleh: