Jakarta, Aktual.com – Voxpol Center Research and Consulting menyelenggarakan Survei Nasional (Surnas) terkait tingkat elektabilitas partai, dari 16 partai politik yang disurvei, hanya 9 (sembilan) partai politik yang berpotensi lolos dan sukses melampaui ambang batas PT 4 persen (parliamentary threshold).
Partai yang lolos ambang PT 4% antara lain; PDIP merupakan partai yang memperoleh elektabilitas tertinggi yakni 26,5%, selanjutnya Partai Gerindra menempati posisi kedua dengan tingkat elektabilitas sebesar 14,2%, Partai Golkar berada pada posisi ketiga dengan perolehan elektabilitas sebesar 10,6%, disusul posisi empat besar yaitu PKB sebesar 8,4%, kemudian Partai Demokrat berada pada peringkat kelima dengan tingkat elektabilitas di angka 6,7%.
Peringkat keenam ditempati Partai Nasdem dengan tingkat elektabilitas sebesar 5,5%, setelah itu, diposisi ketujuh ditempati PKS dengan elektabilitas sebesar 4,9%, selanjutnya PAN berada pada peringkat kedelapan dengan elektabilitas sebesar 4,5%, kemudian disusul PPP, partai yang terakhir kemungkinan lolos PT 4 persen yang berada pada posisi ke sembilan dengan tingkat elektabilitas sebesar 4,1%.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan kemungkinan hanya 9 (sembilan) partai di atas lolos di parlemen, berpotensi sukses dan lolos melampaui ambang batas perolehan suara menimal partai politik dalam pemilu untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di DPR RI (parliamentry threshold).
Pada saat yang sama, hasil survei nasional Voxpol Center juga menunjukkan bahwa ada 7 (tujuh) partai politik, berkemungkinan “gagal” melewati ambang batas “parliamentry threshold”, di antaranya ada 3 (tiga) partai lama dan 4 (empat) partai baru berkemungkinan “tidak lolos” ambang batas parlemen.
Elektabilitas Perindo hanya memperoleh angka sebesar 3,5%, kemudian partai Hanura hanya memperoleh elektabilitas sebesar 1,1%, selanjutnya PBB sebesar 0,8%, disusul partai Berkarya sebesar 0,7%, kemudian perolehan tingkat elektabilitas PSI sebasar 0,5%, berada posisi dua terakhir yaitu PKPI sebesar 0,4% dan posisi elektabilitas “paling bawah” ditempati partai Garuda dengan perolehan tingkat elektabilitas partai sebesar 0,3%.
Sementara dalam survei elektabilitas partai tersebut, yang belum “memutuskan” pilihan partai (undecided voters) masih di angka 7,3%.
Dari data di atas menunjukkan bahwa belum ada satu pun “partai baru” yang berhasil melampaui ambang batas parlemen (PT 4%) itu artinya parlemen masih ‘akan’ dikuasai partai wajah lama.
Namun demikian, dari beberapa partai baru yang ikut meramaikan kontestasi elektoral pilpres 2019, Perindo adalah salah satu partai baru yang paling potensial menembus ambang batas “parliamentary threshold”, dengan tingkat probabilitas masih cukup tinggi.
Namun efektifitas mesin partai Perindo harus terus tumbuh secara merata, tetap masih punya kans sedikit lagi bisa “berpeluang” melewati jebakan ambang batas parlemen karena sudah mulai mendekati angka ‘range margin of error’.
Peluang Perindo bisa melewati angka ambang batas parlemen masih terbuka lebar karena soal kesetiaan perilaku pemilih “cair” dan rendahnya “Partai ID” di Indonesia membuat angka ‘swing voters’ masih cukup tinggi.
Dalam survei Voxpol Center juga menemukan ada 5 (lima) alasan yang paling dominan yang menjadi “dasar pertimbangan” pemilih memilih partai politik antar lain; Pertama, partai yang kebijakannya memihak pada rakyat kecil sebesar 20,5%; Kedua, memilih karena figur dan suka pada tokoh partai tersebut sebesar 15,8%; Ketiga, partai yang membela agama dan memihak pada kemajemukan sebesar 13,5%; Keempat, partai yang punya jalan keluar atas masalah warga sebesar 12,9%; Kelima, ikut pilihan orang lain sebesar 6,3%.
Voxpol Center mengadakan survei pada tanggal 24 Februari 2019 sampai 6 Maret 2019. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error +-2,98% dengan melibatkan 1.220 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas dengan selang kepercayaan survei ini adalah 95%.
Setiap responden terpilih diwawancarai dengan metode wawancara tatap muka (face to face) oleh pewawancara yang terlatih secara khusus. Quality control dilakukan dengan mendatangi kembali (rekonfirmasi) 20% sampel responden yang ada kemudian terpilih secara acak (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan secara berarti.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan