Jakarta, Aktual.com — Di tengah pelemahan harga minyak mentah dunia yang terus berlanjut, para pelaku pasar valuta asing (valas) masih memburu dollar AS karena dianggap mata uang safe haven. Sehingga kondisi ini bakal memukul rupiah yang kembali terdepresiasi.
“Kembali bergeraknya harga minyak mentah dunia, membuat mata uang safe haven seperti dolar AS kembali menunjukkan kekuatannya,” tutur analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam analisis hariannya, Kamis (4/2).
Pada transaksi kemarin di pasar uang, para pelaku pasar tampak masih memanfaatkan celah penguatan lanjutan pada dollar AS, setelah pada perdagangan sebelumnya berada di jalur apresiasi.
“Seperti yang kami duga sebelumnya, penguatan dollar AS masih dapat berlanjut selama harga minyak masih menunjukkan pelemahan yang diikuti dengan minimnya katalis positif terhadap mata uang negara berkembang,” analis Reza.
Dengan begitu, volatilitas rupiah terhadap dollar AS tidak mampu bergerak menuju tren penguatan, sehingga berbalik terdepresiasi.
Ia menganalisa, rupiah sempat berada di level Rp13.805 per dollar AS dari sebelumnya di level Rp13.575 di pasar spot valas. “Dengan sentimen yang sama di hari sebelumnya, harga minyak yang kembali melemah menjadikan sentimen negatif bagi rupiah,” tandasnya.
Sementara dalam kerangka tekhnikal, kata dia, pelemahan rupiah telah membentuk pola morning star, yang berarti penguatan dollar AS dapat berlanjut secara jangka pendek.
“Saat ini support di kisaran 13.815-13.785, sedangkan resisten ada pada rentang 13.620-13.650. Jadi perlu diwaspadai,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka