Maulana Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah menjelaskan dalam pengajian kitab Bahjat Annufusnya, bahwa hati adalah merupakan tempat Allah memandang dari seorang hamba. Karena itulah baginda Nabi SAW memerintahkan kepada seseorang yang merasa mengantuk ketika sedang shalat untuk tidur sejenak, hingga rasa ingin tidurnya benar-benar telah hilang.
Sebagaimana Baginda Nabi SAW telah bersabda:
“إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ ”
yang artinya “ Apabila kalian mengantuk ketika sedang shalat, maka tidurkan lah hingga rasa ingin tidur itu benar-benar telah pergi. Karena sesungguhnya ketika kalian shalat dalam keadaan ngantuk, maka dia tidak sadar, berharap untuk meminta ampunan, justru mencaci maki dirinya “(HR. Bukhari).
Hal ini adalah semata-mata agar shalatnya khusuk dan tidak ada kekurangan didalam menjalankan sebuah ketaatan ini.
Imam Abu Jamrah RA mengomentari hadits di atas, bahwa seorang mukmin hendaknya selalu tayaqqudz (kesadaran), dimana ketika seorang hamba yang mengantuk ketika shalat, buanglah rasa ngantuk tersebut dengan tidur sejenak, agar menjalankan ibadah shalat ini dengan hati yang sadar dan faham terhadap apa yang dia ucapkan.
Maka dari itulah sebagian ahli tashawwuf ketika melihat akhlak yang kurang baik pada anak-anak, binatang tunggangannya, ataupun kebiasaannya, maka dirinya akan segera bergegas untuk bertaubat dan berbuat ketaatan serta mengkoreksi kesalahan diri, sampai dirinya menemukan kelalaiannya tersebut, sehingga akhlaknya kembali membaik.
Sebagaimana telah dikuatkan oleh firman Allah :
“إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ”
yang artinya “ Sesungguhnya Allah tidaklah akan pernah merubah keadaan sebuah kaum, hingga merekalah yang merubah keadaan mereka sendiri”(QS. Ar Ra’d:11).
Inilah sifat tidurnya orang yang ahli ibadah, adapun tidurnya ahli dunia maka kesadarannya itu tidaklah akan datang kecuali ajal menjemput sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW. Wallahu A’lam.
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin