Panglima TNI Jendral Tni Gatot Nurmantio memberi sambutan saat menghadiri safari ramadan di Markas Kodam VII/Wirabuana Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (25/6). Safari Ramadan 1437 H tersebut melibatkan personil TNI dan Polri untuk meningkatkan kerjasama dan silaturahmi antara TNI dan Polri. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Ketua Setara Institute Hendardi menilai, pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang kinerja Badan Intelijen Negara merupakan ancaman yang berbahaya. Karena hal itu mengumbar situasi dan kekuatan intelijen negara secara terbuka.

“Pernyataan Panglima TNI itu cermin bahwa ada kontestasi antara lembaga intelijen negara. Tidak sepantasnya keluhan semacam itu disampaikan secara terbuka karena membahayakan pertahanan negara,” kata Hendardi melalui siaran pers yang diterima redaksi, Minggu (9/10) malam.

TNI, ujar dia, tidak boleh terus menerus merasa lebih unggul, karena konstitusi dan peraturan perundang-undangan sudah mengatur tugas dan fungsi masing-masing lembaga negara, termasuk dalam hal intelijen.

Terlebih, ide pembentukan BIN adalah memusatkan segala informasi keluar dari satu pintu, dan dikelola secara lebih akuntabel dibandingkan pola intelijen di masa lalu.

“Jadi BIN adalah antitesis dari unit-unit intelijen di banyak institusi, terutama di TNI yang nyaris tidak bisa diakses, dikontrol, dan cenderung represif.”

Menurut Hendardi, intelijen di bawah BIN adalah cara untuk memaksa kinerja intelijen bekerja dengan cara-cara nonmiliter.

“Bagi saya, aspirasi Panglima TNI sudah keluar dari koridor dan menggenapi daftar keinginan buruk TNI yang sudah banyak dikemukakan di ruang publik untuk kembali mendominasi tugas keamanan termasuk kehendak untuk kembali berpolitik.”

Diketahui, Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengungkap bahwa dia sejak berpangkat Kolonel, BIN dan BAIS sudah tak pernah lagi menyampaikan rumusan tentang ancaman bangsa Indonesia.

“Saya adalah orang yang sangat kuatir tentang kondisi negara kita. Kuatir karena secara tidak sengaja yang saya lakukan adalah protes terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat saya masih kolonel. Sebuah negara harusnya punya rencana kontinjensi (cadangan),” ujar Gatot.

Bahkan, kata Gatot, tidak ada satu institusi pun di negeri ini yang menyampaikan ancaman bangsa ini. “Sampai sekarang. Harusnya yang merumuskan ancaman terhadap negara kan BIN.”

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu