Jakarta, Aktual.com — Republik Indonesia jangan hanya menjadi penonton dan seharusnya dapat memberdayakan secara optimal dalam pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2016.
“Saya mengkhawatirkan dalam era MEA, Indonesia hanya menjadi penonton,” kata Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (8/12).
Menurut dia, dengan pemberlakuan MEA akan banyak produk asing yang membanjiri Indonesia antara lain karena produk itu lebih kompetitif, berkualitas, dan harga murah.
Begitu pula, lanjutnya, dengan tenaga kerja asing yang dinilai lebih kompetitif sehingga Indonesia dicemaskan juga hanya menjadi pasar.
Bahkan, ia menyatakan bahwa saat ini banyak warga Thailand yang telah dan sedang mempelajari bahasa Indonesia guna menghadapi MEA.
Sebagaimana diberitakan, Menteri Perdagangan Thomas Lembong merasa yakin bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam negeri mampu menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang akan mulai berlaku aktif pada 1 Januari 2016.
“Saya sudah keliling ke daerah dan banyak melihat pameran UKM, saya percaya diri, banyak UKM yang punya lebih banyak cerita sukses dan melihat MEA sebagai peluang, bukan takut, merasa tertekan atau bertentangan dengan integrasi ASEAN,” kata Thomas, seusai menghadiri “Apindo CEO’s Gathering”, di Jakarta, Senin (7/12).
Thomas mengatakan, salah satu upaya pemerintah untuk mendukung keberlangsungan usaha UKM, pemerintah telah melakukan deregulasi dan debirokratisasi untuk menyederhanakan proses perizinan dan menyelesaikan masalah regulasi yang tumpang tindih.
Sebelumnya, Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI J.S. George Lantu mengatakan tenaga kerja di Indonesia tidak perlu khawatir dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
“Ada delapan sektor yang dibuka. Pada saat negosiasi dilaksanakan, delegasi Indonesia mempertimbangkan apa keuntungan dan kekuatan Indonesia dalam delapan sektor tersebut,” katanya dalam seminar di Padang, Kamis (3/12).
George menyebutkan, empat dari kedelapan sektor tersebut Indonesia cukup memiliki kekuatan antara lain teknisi, perawat, kepariwisataan dan arsitektur.
Sedangkan empat sektor lainnya adalah akuntan, tenaga survei, praktisi medis dan dokter gigi.
Sementara itu, Badan Ekonomi Kreatif mengajak kalangan pemuda di berbagai daerah di Tanah Air untuk memanfaatkan momentum pemberlakuan MEA.
“Anak muda manfaatkan peluang yang tercipta akibat pemberlakuan MEA pada akhir 2015,” kata Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari di IPMI International Business School di Jakarta, Sabtu (14/11).
Menurut Hari Sungkari, hal tersebut karena pasar bebas dalam tingkat regional juga secara otomatis membuat pasar produk ekonomi kreatif juga bakal semakin melebar dan tersebar.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan