Pagi yang pucat, bagaimana kubuat berwarna, sedang pelangi di jiwaku redup. Bagaimana kugoreskan warna cerah di kanvas waktu, sedang imajinasiku mendung.
Seketika penglihatanku tertambat di tetes embun. Di atas daun lusuh, tetes embun memberi segar pada pagi, seperti sesungging senyum menebar keringan pada hidup.
Hidup cerah barangkali harus dimulai dari menengok ke dalam diri; mensyukuri tetes-tetes karunia potensi diri dengan mengolahnya jadi kualitas diri. Kualitas diri jadi jalan dharma bagi kehidupan.
Dalam mengemban dharma, hidup jadi bermakna. Hidup bermakna memulihkan keindahan pada semesta.
Demikianlah, gambaran dunia tergantung cuaca di langit jiwa. Apapun kesemarakan di luar sana takkan tampak indah selama ulu hati berkabut.
Menciptakan keindahan di dunia harus dimulai dari menyibakkan kabut di langit jiwa.
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin