Jakarta, aktual.com – Sebelum melaksanakan salat, umat Islam perlu melakukan wudhu. Wudhu adalah bagian dari proses thaharah atau pembersihan diri untuk menghilangkan hadats.

Prosedur wudhu tidak bisa dilakukan sembarangan, ada beberapa bagian tubuh yang harus dicuci dan harus diikuti urutannya.

Syariat wudhu tercantum dalam surat Al-Ma’idah ayat 6 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki,”.

Bagian tubuh yang harus dibasuh adalah wajah, kedua lengan, kepala, dan kedua kaki. Di samping itu, ada juga bagian tubuh yang dianjurkan untuk dibasuh, seperti telapak tangan, telinga, mulut, hidung, dan bagian tubuh lainnya.

Lalu, apakah hikmah dibalik perintah untuk membasuh anggota-anggota tubuh dalam wudhu?

Syekh Ibrahim al-Bajuri menjelaskan hikmah disyariatkannya membasuh anggota tubuh dalam wudhu.

Ia mengatakan bahwa anggota-anggota tubuh tersebut akan digunakan secara spesifik ketika nanti di surga.

وقال بعضهم: (شرع غسل الكفين، لأكل موائد الجنة، والمضمضة لكلام رب العالمين، والإستنشاق لشم روائح الجنة، وغسل الوجه للنظر إلى وجه الله الكريم، وغسل اليدين للبس السوار في الجنة، ومسح الرأس للبس التاج والإكليل فيها، ومسح الأذنين لسماع كلام الله تعالى، وغسل الرجلين للمشي في الجنة). انتهى

“Sebagian ulama berkata, “Disyari’atkannya membasuh kedua telapak tangan dalam wudlu adalah untuk memakan hidangan-hidangan surga, berkumur untuk dialog dengan Robbul ‘alamin, istinsyaaq untuk mencium aroma wangi-wangi surga, membasuh wajah untuk melihat Wajhullah Al-karim, membasuh kedua tangan untuk memakai gelang surga, mengusap kepala untuk memakai mahkota di surga, mengusap kedua telinga untuk mendengar kalamullah ta’ala dan membasuh kedua kaki untuk berjalan di surga,” Selesai,”.

Wallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)