Pekerja mengerjakan pembuatan komponen sepeda motor di Pusat Industri binaan YDBA, PT Rachmat Perdana Adhimetal di PIK Cakung, Jakarta Timur, Rabu (11/4). AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia meminta pemerintah lebih gencar mengeluarkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang terus melemah, mengingat pengeluaran produksi terus naik khususnya biaya impor.

“Perlu ada antisipasi kemungkinan terburuk di pekan depan. Jika rupiah terus melemah seperti hari ini perekonomian Indonesia bisa semakin menurun, karena industri banyak tergantung bahan baku impor,” kata Ketua BPP HIPMI Bidang Ekonomi Muhamad Idrus, Jumat (6/7).

Pelemahan rupiah yang semakin dalam dalam beberapa hari terakhir, menurut dia, tidak hanya disebabkan faktor ekonomi eksternal karena dimulainya perang dagang antara AS dan China. Namun, rupiah yang terus depresiatif juga disebabkan kendala ekonomi domestik.

“Industri kita didominasi ‘Foot Loose Industry’ (industri yang tidak menyatu dengan sumber dan faktor produksi) yang mengandalkan bahan baku impor. Kalau nilai tukar terus melemah, industri kita akan hancur,” ujar dia.

Selain itu, dari kondisi internal, dia juga meminta masyarakat untuk tidak bertindak spekulan dengan memborong dolar AS karena bisa menekan suplai valas dan semakin mempermahal valas terutama mata uang “greenback” atau dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid