Vice President Corporate Communication PT Pertamina (persero), Wianda Pusponegoro (Aktual/Ilst.Nlsn)
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (persero), Wianda Pusponegoro (Aktual/Ilst.Nlsn)

Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) belum mengkalkulasi total kerugian akibat kegagalan impor minyak oplosan oleh kontraktor Glencore. Kerugian yang dialami Pertamina tersebut dihitung dari aspek biaya penanggulangan penyediaan crude lainnya untuk menutupi atau mengganti pemenuhan kebutuhan operasi kilang.

Terkait jumlah kerugian ini, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan waktu untuk mengetahui secara pasti cost yang dikeluarkan oleh Pertamina.

“Proses pengurusan klaim ini masih membutuhkan beberapa tahap untuk bisa tahu benar-benar berapa potensi kerugiannya, karena dengan tidak ada pasokan dari Glencore, kita terpaksa melakukan suplai dari sumber lainnya untuk memback up ini. Prosesnya masih berjalan, kita butuh waktu untuk menghitung berapa kerugian,” kata Wianda di Kawasan Cikini Jakarta, Kamis (29/9).

Sebagaimana diketahui, Pertamina repot dan bersusah payah mengatasi kebutuhan kilang agar tetap berproduksi secara normal. Kegagalan transaksi dengan Glencore telah mengganggu perencanaan yang telah diproyeksikan oleh Pertamina. Adapun yang dilakukan oleh Pertamina diantaranya mengambil minyak domestik.

“Jadi memang crude yang ke Dumai, kan kita di tanki juga ada stok. Jadi kalau ke Dumai itu 600 ribu barel, kapasitasnya running sekitar 120 ribua-an barel, maka 5 hari, kira-kira gitu. Nanti kita pakai stok yang ada dan juga melakukan tambahan dari minyak mentah Banyu Urip dan Duri, itu kita bawa ke sana,” kata Senior Vice President (SVP) ISC Pertamina, Daniel Purba.

Adapun penanganan di kilang Balik Papan sepenuhnya akan menggunakan stok persediaan bulan Oktober dan akan dipenuhi kembali atau diganti pada pengadaan bulan November.

“Kalau di Balikpapan 250 ribu Bopd, kalau 600 ribu itu, sekitar 2,5 hari operasi, stoknya banyak disana. Jadi tambahannya kita isi di September nggak masalah. Mungkin stok akan turun di Oktober tapi kita akan penuhi di Novembernya,” tandasnya.

(Laporan: Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka