Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada masyarakat di Tanah Abang, Jakarta. Pada acara tersebut,dDirinya menceritakan beberapa tahun yang lalu ada negara adi daya yang bernama Uni Soviet. Negara besar yang pernah ada itu akhirnya bubar setelah ada kebijakan keterbukaan yang diluncurkan oleh Presiden Mikhail Gorbachev.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada masyarakat di Tanah Abang, Jakarta. Pada acara tersebut,dDirinya menceritakan beberapa tahun yang lalu ada negara adi daya yang bernama Uni Soviet. Negara besar yang pernah ada itu akhirnya bubar setelah ada kebijakan keterbukaan yang diluncurkan oleh Presiden Mikhail Gorbachev.
Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengadakan Sosialisasi Empat Pilar MPR bertepatan dengan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Jl. Utan Panjang 2, Pasar Nangka Ujung, Kemayoran Jakarta Pusat, Kamis (30/11).
Untuk pertama kali pula, Sosialisasi Empat Pilar MPR diadakan di pemukiman padat, bahkan di samping pasar dan di tengah jalan.
“Ada aroma nasi goreng, ikan asin. Sosialisasi Empat Pilar MPR ini berada di tempat spesial. Baru pertama kali Sosialisasi Empat Pilar MPR di tempat seperti ini. Langsung berada di tengah-tengah masyarakat. Di samping pasar dan di tengah jalan, tapi tidak mengganggu warga,” ujar Hidayat Nur Wahid memulai pemaparan sosialisasi.
Menurut Hidayat Nur Wahid, Sosialisasi Empat Pilar MPR ini sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Keduanya, sosialisasi dan Maulid Nabi memiliki keterkaitan. “Rasulullah adalah teladan dalam hal cinta bangsa dan negara. Rasulullah berhasil menjaga agar negara itu tetap utuh, kokoh, kuat, dan tidak terpecah-pecah, serta sukses sebagai bangsa dan negara. Beliau adalah teladan yang konkrit,” kata Hidayat Nur Wahid.
Hidayat mencontohkan Piagam Madinah menghadirkan masyarakat madani, yaitu masyarakat yang guyub, rukun, bersama-sama. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab dan unggul. “Piagam Madinah ini, kalau dalam bahasa Indonesia, seperti Pancasila,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: