Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan kontribusi tokoh-tokoh agama Islam dalam penyusunan dasar dan ideologi negara tidak bisa dipandang sebelah mata.

HNW sapaan akrabnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/10) mengatakan para tokoh agama Islam itu mampu bekerja sama, bertukar pikir serta bermufakat dengan tokoh agama lain dan kelompok nasionalis dan berhasil merumuskan serta menyepakati Pancasila.

Salah satu bukti keterlibatan tokoh-tokoh agama Islam dalam penyusunan dasar dan ideologi Pancasila, kata dia, adalah digunakannya terminologi Al Quran, hadis, dan bahasa Arab untuk menyusun sila-sila dalam Pancasila.

“Seperti Ketuhanan yang Maha Esa yang berarti ajaran tauhid. Kata adil dan beradab pada sila kedua diambil dari terminologi Al Quran dan As Sunah, juga kerakyatan dan perwakilan pada sila keempat serta kelima yang merupakan istilah dalam bahasa Arab,” ucapnya.

Hal itu dikatakannya secara daring saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR di hadapan pengurus dan simpatisan PKS Provinsi Jambi yang berlangsung di Aula Kantor DPW PKS Provinsi Jambi, Sabtu.

“Penggunaan kata-kata tersebut tidak mungkin dilakukan oleh orang awam. Bahkan, istilah itu memperlihatkan bahwa pengusulnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat kuat terhadap Al Quran, hadis, dan bahasa Arab. Itu hanya mungkin dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama Islam,” kata Hidayat.

Ia mengatakan melihat rentetan fakta sejarah, sumbangsih para ulama baik di BPUPKI, panitia sembilan maupun PPKI terhadap bangsa dan negara Indonesia, sudah semestinya umat Islam berada di garda terdepan dalam upaya-upaya mempertahankan dan melaksanakan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

“Bukan malah mengkafirkan atau membid’ahkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 karena tidak semua yang tidak ada di zaman Nabi bisa dikategorikan bid’ah. Ini adalah urusan muamalah, bukan akidah maupun ibadah. Jadi, tidak bisa dikatakan bid’ah. Apalagi sesuatu yang belum ada di zaman Nabi, tidak serta merta masuk kategori bid’ah. Televisi dan internet misalnya, tidak ada di zaman Nabi bahkan diciptakan oleh orang barat, itupun tidak bisa dibid’ahkan,” kata dia.

Sementara itu, Anggota MPR RI Fraksi PKS Ahmad Syaikhu mengatakan sosialisasi empat pilar tetap penting dilaksanakan, meskipun kadang terdapat pengulangan dalam pelaksanaannya.

Ia mengatakan empat pilar yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika diharapkan bisa menjadi panduan bagi penerus bangsa dalam mencapai cita-citanya.

“Para pendiri bangsa membutuhkan waktu yang lama dengan proses yang rumit untuk menghasilkan Pancasila. Setelah proses yang sulit itu selesai, ditandai dengan kesepahaman, itulah bukti kebesaran jiwa para pendiri bangsa dan kita sebagai generasi penerus wajib mempertahankan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ahmad Syaikhu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin