Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno. (ilustrasi/aktual.com)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com — Mantan tim Reformasi dan Tata Kelola Migas sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi mengeluhkan atas pencaplokan PGN oleh Pertamina melalui holding energi yang digembar-gemborkan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno.

Dia mengkhawatirkan kedua perusahaan itu nantinya hanya menjadi korban (bangkrut), karena dimanfaatkan sebagai sarana untuk mencari hutang yang besar.

“Saya menduga setelah PGN diambil alih Pertamina, maka akumulasi asset Pertamina akan memjadi besar. Dengan ini akan lebih mudah untuk mencari hutang, lalu hutangnya kemana? Ada Cina di situ,” kata Fahmy Radhi saat ditemui usai menjadi pembicara diskusi di kawasan Cikini Jakarta, Sabtu (20/8)

Untuk itu tegasnya, upaya holding harus dicegah karena kebijakan itu akan menjadi blunder dan membawa kebangkrutan bagi perusahaan BUMN. “Kalau holding ini tujuannya untuk mencari hutang, saya kira tindakan Rini harus dicegah.”

Sementara itu, tampaknya apa yang dikhawatirkan oleh Fahmy Radhi tersebut akan benar-benar terjadi. Pasalnya Melalui sambutan yang diwakili oleh Sekretaris Kementerian‎ BUMN Imam Apriyanto Putro pada acara seminar ‘Sinergi BUMN’, Rini menjelaskan tujuan holding agar meningkatkan leverage perusahaan sebagai pertimbangan untuk memudahkan BUMN mendapat hutang dalam jumlah besar.

“Holding ini meningkatkan kemampuan leverage BUMN untuk memperoleh pendanaan. Dengan holding kita harap dapat pendanaan dalam jumlah yang besar,” kata Rini di Hotel Dharmawangsa, Kamis (11/8).

Laporan: Dadang Syah

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu