Filosofi dari aksara Jawa Honocoroko merupakan intisari dari nilai nilai Pancasila, yang pada pemerintahan Orde Baru, dilakukan penguatan nilai nilai Pancasila yang dikenal dengan Eka Prasetya Pancakarsa, yang tujuan nya adalah agar segenap anak bangsa bisa memahami nilai nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari dalam berbangsa dan bernegara yang merupakan ajaran luhur bangsa yang digali dari falsafah asli bangsa Indonesia.
Konsep dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini pada hakekatnya adalah satu kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam “Kosmos”, dengan demikian perjalanan kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman pengalaman religius.
Dalam mencari eksistensi jati dirinya sebagai mahluk Hamba Tuhan maka, Daya upaya dilakukan melalui pengembaraan yang tidak pernah berhenti untuk mencari hakekat hidup dan kehidupan itu sendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Hukum Alam (Sunatullah), hingga timbul pertanyaan dari mana kita berasal dan setelah itu mau kemana dan pada akhirnya kembali kemana (Sangkan Paraning Dumadi), maka dikarenakan wujud sang Pengeran/pangeran yang berarti Tuhan yang tidak berwujud sebagai tempat yang meliputi seluruh energi semesta dimana manusia sebagai mahluk bernaung dan berlindung, yang tidak bisa ditembus dan dijangkau dengan pikiran serta panca Indra kita, maka sebagai wujud ekpresinya untuk menggambarkan itu semua maka ada istilah *Tan Keno Kinoyo Ngopo*
Pengetahuan tentang konsep ketuhanan salah satunya disimbulkan kedalam Aksara Jawa, Aksara yang sejatinya untuk media menulis orang Jawa, digunakan sebagai “Simbol” pengetahuan konsep Ketuhanan . Simbol tersebut terdapat dalam tiap huruf aksara Jawa Ha Na Ca Ra Ka, Da Tha Sha Wa La, Pa Da Ja Ya Nya, Ma Ga Ba Ta NGa.
Bahwa setiap huruf mengandung arti makna berbeda dan berkaitan antara satu dengan yang lain, yang semuanya berjumlah 20 Huruf aksara Jawa yang merupakan pengembangan dari huruf Palawa, yang setiap huruf nya punya muatan yang berkaitan dengan Sifat Religius dalam Konsep Ketuhanan, yang dalam keseharian dijabarkan dalam entitas olah ROSO bagi orang Jawa yang menekankan sisi Spiritualitas yakni dengan laku spiritual.
Dalam beberapa babad atau cerita diciptakan nya Aksara Jawa pada tahun satu Saka, penciptanya huruf honocoroko adalah Aji Saka seorang tokoh pengembara dari tanah Hindustan India yang mengembara ke Tanah Jawa pada abad ke Dua Masehi, dengan demikian Aji Saka merupakan figur yang menyebarkan agama Hindu pertama di Tanah Jawa, maka tidak heran di Jawa banyak tempat tempat yang diadopsi dari tanah Hindustan di India misalnya gunung Muria, dan Gunung Semeru yang identik dengan gunung Mahemeru yang disesuaikan dengan lidah orang Jawa, kisah Aji Saka sampai saat ini tumbuh subur di Jawa dan kisah Aji Saka menjadi inspirasi kehidupan batin orang Jawa, sebagai pusaka jati diri, ibarat Pusaka adalah Curigo, sedang kan warongko nya bisa bernama apa saja, sebagai pakaian penutup aurat dan memperindah bentuk.
Aksara Jawa Ha Na Ca Ra Ko mewakili spiritualitas orang Jawa yang paling dalam yang merindukan Harmoni, yang tidak suka atas terpecah belah nya Anak Bangsa.
Arti dan makna dari huruf Aksara Jawa tersebut adalah :
Ha Na Ca Ra Ka, yang berarti *utusan* yakni utusan Hidup berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad badan kasar manusia. Ada yang dipercaya untuk bekerja. Yang ketiga unsur nya adalah Tuhan, Manusia, dan kewajiban Manusia sebagai Hamba Tuhan.
Da Ta Sa Wa La yang berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan saat meninggal tidak boleh SawaLa atau mengelak sebagai manusia, harus bersedia melaksanakan, menerima takdir, dan menjalankan kehendak nya.
Pa DhA Jha Ya Nya, yang berarti menyatunya Zat Pemberi Hidup (Tuhan) dengan yang diberi hidup (Mahluk) yang diberi sifat unggul atau jaya sebagai mahluk yang diberkati untuk memimpin di muka Bumi.
Ma Gha Ba Ta Ngo, yang artinya menerima yang diperintahkan dan melarang atas hukum yang dilarang dari Tuhan yang Maha Esa, yang maksutnya manusia harus berserah diri Sumarah pada garis Kodrati, meskipun manusia diberi hak meWiradat, atau berusaha .
Sedang kan arti setiap Huruf nya yang mengandung makna secara filsafat dan dimensi spiritual adalah :
*HA* Hana Hurip Wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci (Tuhan)
*NA* Nur Chondro, Ghaib Condro artinya pengharapan Manusia hanya selalu pada Sinar cahaya ke Tuhanan untuk jadi penuntun.
*CA* Cipto Wening artinya Arah dan Tujuan Manusia hanya pada yang Maha Tunggal atau Tuhan.
*RA* Rasa Ingsun Handulusih artinya Rasa Cinta sejati muncul dari Cinta Kasih Nurani.
*KA* Karsoningsung memayuning Bawono, artinya hasrat ditujukan untuk kesejahteraan Alam Semesta.
*DA* Dumading Dzat kang tanpo winangenan, artinya menerima hidup apa adanya.
*TA* Tatas lan Wibowo, artinya totalitas dalam hidup untuk mencapai tujuan satu visi dan misi.
*SA* Sifat Ingsun, artinya membentuk kasih sayang seperti sifat Tuhan yang penuh kasih.
*WA* Wujud Hana tan keno kiniro, artinya Ilmu manusia hanya terbatas, tapi implikasi nya bisa tanpa batas.
*LA* Lir Handoyo paseban jati, artinya mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi.
*PA* Papan Tan tanpo Kiblat, artinya hakekat Tuhan yang ada di segala Arah, timur dan Barat milik Allah dimana wajahmu dihadapkan disitulah Allah berada.
*DHA* Duwur wekasane endek wiwitane, artinya untuk bisa berada diatas, tentu selalu dimulai dari bawah/dasar.
*JHA* jumbuhing Kawulo LAN Gusti, artinya selalu berusaha menyatu memahami kehendaknya.
*YA* Yakin marang samubarang, artinya yakin atas titah kodrat illahi.
*NYA* Nyoto tanpo moto, artinya memahi kodrat kehidupan.
*MA* Madep manteb nembahing illahi, artinya mantab dalam menyembah Illahi.
*GA* guru Sejati kang Muruki, artinya guru sejati adalah hati nurani dan belajar lah pada nya.
*BA* Bayu sejati kang andalani, artinya menyelaraskan pada gerakan alam Semesta (Sunatullah).
*TA* Tukul Soko niat, artinya sesuatu akan terjadi dari niat diri kita.
*NGA* Ngracut busaning Manungso, artinya melepas dan menghancurkan Ego pribadi, sebagai manusia.
Bahw setiap huruf huruf aksara Jawa dalam honocoroko tersebut penuh dengan dimensi spiritual yang punya kekuatan magis secara spiritual, dengan tata cara yang tentu diajarkan oleh para ahli filsafat dan kebatinan Jawa.
Apabila diringkas maka merupakan sebuah perjalanan, untuk menjawab segala pertanyaan kita dari mana kita berasal dan setelah dilahirkan untuk apa, di Dunia, lalu kita akan kembali Kemana dengan bekal apa kita berjalan.
Karena setiap aksara tersebut bermakna dimensi spiritual maka, seluruh Sila Sila dari Pancasila merupakan perwujudan dan pengejawantahan dari aksara Jawa tersebut yang dijabarkan dalam bahasa modern saat ini dalam sila pertama hingga kelima dari Pancasila.
Huruf “Hancoroko” juga bisa diartikan bahwa secara filosofi berasal dari bahasa Jawa, yang merupakan falsafah atau filosofi hidup yang populer di Jawa. Berikut adalah penjelasan tentang falsafah “Hancoroko”:
“Hancoroko” terdiri dari dua kata: “hancor” yang berarti “hancur” atau “rusak” dan “roko” yang berarti “tubuh” atau “badan”.
Falsafah “Hancoroko” berarti bahwa tubuh atau badan kita akan selalu mengalami perubahan dan kerusakan seiring waktu. Ini adalah konsep yang mengingatkan kita tentang ketidakabadian dan keterbatasan hidup kita.
Dalam konteks yang lebih luas, falsafah “Hancoroko” juga dapat diartikan sebagai pengingat untuk tidak terlalu melekat pada hal-hal duniawi, karena semuanya akan berakhir dan hancur suatu hari nanti. Oleh karena itu, kita harus fokus pada hal-hal yang lebih penting dan abadi, seperti spiritualitas dan hubungan dengan orang lain.
Dalam kaitan Membangun Karakter Bangsa, terhadap generasi muda, dimana Pembangunan karakter bangsa mencakup potensi potensi keunggulan bangsa, untuk ketahanan bangsa, yang diarahkan empat tatanan yakni menjaga jati diri bangsa, menjaga keutuhan NKRI, membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan membentuk bangsa yang maju, mandiri dan bermartabat sebagai bangsa yang besar dan berbudaya.
Kiranya konsep aksara Jawa dari honocoroko bisa dijadikan pijakan dan pembelajaran bersama dari generasi muda, yang merupakan tulang punggung bagi bangsa ke depan agar tetap mengenal budaya Bangsanya sebagai bangsa yang berbudaya tinggi dan adiluhung. Nusantara pernah mencapa kejayaan dimana Saat abad ke Tujuh masehi, dinasti sanjaya dan syailendra membangun monumen budaya bangsa yang menghasilan bangunan yang jadi keajaiban dunia yakni candi prambanan dan Candi Borobudur beserta anak anak candi dalam situs sejarah yang bisa dilihat hingga hari ini, belum lagi saat abad ke 11 Masehi, Singosari dengan armada Angkatan laut nya yang sangat terkenal telah menahlukan hampir sepertiga wilayah Dunia, serta Majapahit imperium yang sanggup menyatukan Nusantara (wilayah asia tenggara saat ini), harus bangga sebagai anak bangsa, sebagai refleksi semangat tidak mau dijajah bangsa lain dalam bentuk apapun, baik ekonomi, budaya, tatanan kenegaraan dalam konsep berdemokrasi, isu Hak asasi Manusia dan Terorisme yang selalu dijadikan komuditas Politik, untuk Intervensi pada Negara yang berdaulat dalam negara Modern saat ini.
Tan Hanna Dharma Mangrwa, BhinekaTunggal Ika.
Oleh: Agus Widjajanto, Penulis adalah seorang Praktisi hukum di jakarta, pemerhati sosial budaya, hukum dan politik.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano