Pekanbaru, Aktual.com – Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi lonjakan titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau, Selasa (7/6) sore.

Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin mengatakan dari pencitraan satelit Terra dan Aqua pukul 16.00 WIB, terdapat 33 titik panas di 8 Kabupaten di Riau.

Seluruh titik panas atau “Hot Spot” tersebut terpantau di Pelalawan 11 titik, Siak dan Indragiri Hilir enam titik. Selanjutnya di Kampar tiga titik, Kuantan Singingi dua titik serta Indragiri Hulu dua titik.

Sejumlah titik panas lainnya tersebar di Bengkalis dan Meranti 1 titik. Meski terpantau 33 titik panas, Sugarin mengatakan bahwa hanya satu titik yang dipastikan sebagai titik api yang mengindikasikan kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.

“Satu titik api terdeteksi berada di Bengkalis yang terpantau di Kecamatan Bukit Batu,” ujar Sugarin.

Keberadaan titik panas di Riau cenderung fluktuatif dalam beberapa pekan terakhir. Pekan lalu, keberadaan titik panas mencapai 15 titik, dan pada awal pekan ini, keberadaan titik panas cenderung menurun. Pada Selasa pagi tadi, hanya terpantau delapan titik panas, dan kembali melonjak tajam pada sore hari.

Namun begitu, dari sejumlah titik panas yang terpantau, sangat sedikit yang dipastikan sebagai titik api atau menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.

BMKG Pekanbaru menyatakan cuaca di Provinsi Riau saat ini berkisar antara 33-34 derajat Celcius sebagai efek dari masuknya musim kemarau pada awal Ramadan ini. Meski begitu, ia mengatakan musim kemarau tahun ini tidak akan separah tahun-tahun sebelumnya karena sebagian besar wilayah Indonesia akan dilanda fenomena La Nina atau kemarau basah yang berarti meski pun musim kering namun tetap berpotensi terjadinya hujan.

Namun begitu, Sugarin mengatakan cuaca panas lebih dominan dengan cuaca kering di daratan yang diperkirakan berlangsung hingga bulan November 2016 sehingga potensi kebakaran lahan dan hutan terutama gambut sekitar 49 persen lebih dari total luas daratan di Provinsi Riau mencapai 8,9 juta hektare lebih, terutama wilayah pesisir akan terjadi.

Sementara itu, Komandan Resor Militer 031/WB Brigjen TNI Nurendi yang juga menjabat sebagai Komandan Satgas Karlahut menyatakan Pemerintah Provinsi Riau sepakat untuk memperpanjang status siaga darurat Karlahut yang berakhir hari ini hingga 30 November 2016 mendatang.

Penetapan status siaga selama lima bulan, kata dia, tidak berarti tidak mampu menangani bencana kebakaran melainkan meningkatkan upaya prefentif yang telah dilakukan sejak awal 2016 lalu. “Status siaga darurat ditetapkan sebagai upaya prefentif yang kita lakukan sejak awal terus maksimal,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara