Sanaa, Aktual.com – Serangan udara yang digelar Amerika Serikat (AS) ke wilayah Yaman langsung direspon keras militer Yaman dengan menyerang kelompok kapal Induk AS. Kali ini kelompok Houthi Yaman menyerang kapal induk USS Harry Truman dengan 18 rudal balistik dan jelajah, serta satu pesawat nirawak.
Dilansir dari Euro News, serangan itu terjadi hanya sehari setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara terhadap wilayah benteng Houthi di Yaman. Houthi mengumumkan bahwa mereka melancarkan serangan yang terdiri dari 18 rudal balistik dan jelajah, beserta pesawat tak berawak, yang menargetkan kapal induk USS Harry S Truman dan kapal perang pendampingnya di Laut Merah utara pada hari Minggu (16/3).
Juru bicara militer Houthi Brigadir Jenderal Yahya Saree menyatakan bahwa serangan itu merupakan respons terhadap lebih dari 47 serangan udara AS – yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump – terhadap wilayah yang dikuasai pemberontak di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa dan provinsi Saada, yang berbatasan dengan Arab Saudi.
”Angkatan Bersenjata Yaman tidak akan ragu untuk menargetkan semua kapal perang Amerika di Laut Merah dan Laut Arab sebagai balasan atas agresi terhadap negara kami,” kata Saree.
Baik Washington maupun Houthi telah memperingatkan adanya eskalasi lebih lanjut menyusul serangan udara AS, yang bertujuan untuk mencegah pemberontak menyerang kapal militer dan komersial di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Kelompok Houthi telah berulang kali menargetkan pelayaran internasional di Laut Merah – menenggelamkan dua kapal – dengan mengklaim tindakan mereka sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza di tengah perang Israel dengan Hamas, kelompok lain yang didukung Iran. Serangan ini terhenti ketika gencatan senjata Israel-Hamas mulai berlaku pada 19 Januari, sehari sebelum Trump dilantik.
Namun, hari Minggu lalu (16/3), Houthi mengumumkan bahwa mereka akan kembali menargetkan kapal-kapal Israel setelah Israel memberlakukan blokade terhadap daerah kantong tersebut, yang memutus aliran bantuan kemanusiaan.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan kepada media AS pada hari Minggu, ”Kita tidak akan membiarkan orang-orang ini mengendalikan kapal mana yang dapat melewatinya dan mana yang tidak.”
“Jadi pertanyaan Anda adalah, berapa lama ini akan berlangsung? Ini akan terus berlangsung sampai mereka tidak lagi memiliki kemampuan untuk melakukan itu,” tegas Rubio. Ia menekankan bahwa serangan ini akan berbeda dari serangan satu kali yang dilakukan pemerintahan Biden.
Sedangkan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan Washington akan melancarkan serangan “tanpa henti” terhadap Houthi sampai mereka berhenti menargetkan aset AS dan pengiriman global.
Berbicara kepada Fox News, Hegseth mengatakan kampanye tersebut merupakan respons terhadap berbagai serangan yang dilancarkan Houthi terhadap kapal-kapal sejak November 2023 dan berfungsi sebagai peringatan bagi Iran untuk berhenti mendukung kelompok tersebut.
”Ini akan terus berlanjut sampai Anda berkata, Kita sudah selesai menembaki kapal. Kita sudah selesai menembaki aset,” kata Hegseth.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Yaman melaporkan bahwa serangan udara AS pada hari Sabtu (15/3) yang menargetkan ibu kota, Sanaa, dan wilayah di Saada, Al Bayda, dan Radaa telah menewaskan sedikitnya 53 orang, termasuk lima wanita dan dua anak-anak. Mereka juga mengatakan serangan tersebut melukai lebih dari 100 orang di Sanaa dan Saada, dengan lebih dari selusin orang mengalami luka kritis. Serangan ini termasuk yang paling luas terhadap Houthi sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.
Untuk diketahui, Pada hari Sabtu (16/3), Trump berjanji akan menggunakan ”kekuatan mematikan yang sangat besar” sampai kelompok yang didukung Iran menghentikan serangan mereka terhadap koridor maritim penting tersebut, dan memperingatkan Teheran bahwa ia akan meminta Iran untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan semua proksi regional mereka, termasuk Houthi.
Dilansir dari Al Jazeera, kelompok Houthi di Yaman menyatakan mereka telah membalas setelah bersumpah untuk ”menanggapi eskalasi dengan eskalasi” menyusul serangan udara AS terhadap kelompok tersebut yang menewaskan sedikitnya 53 orang pada hari Sabtu (15/3).
Abdul Malik al Houthi, pemimpin gerakan Houthi, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi mengatakan bahwa AS dan Israel “berusaha memaksakan persamaan kebolehan pada kawasan dan rakyatnya”.
“Kami akan menanggapi musuh Amerika dengan serangan rudal dan menargetkan kapal perang dan kapal angkatan lautnya,” kata Abdul Malik al Houthi. Ia menambahkan bahwa mereka telah memutuskan untuk ”mengancam pengiriman Israel untuk menekan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza”. Sedangkan Biro politik Houthi menyatakan serangan mematikan tersebut merupakan ”kejahatan perang”.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain