Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Lembaga Transformasi (Eltram) Moch Mubarok menilai pasangan Wishnu sakti Buana dan Eri Cahyadi akan banyak menimbulkan kerugian bagi masyarakat Surabaya. Pasalnya, keduanya memiliki hubungan yang tidak harmonis.
Baik Eri maupun Wishnu sama-sama berpeluang untuk mendapat rekomendasi maju sebagai Cawali dan Wawali Kota Surabaya dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan. Namun, isu ketidak cocokan ke dua kubu tersebut sudah terjadi sejak lama.
“Karena mereka kawin paksa. Dan komunikasi antara wali kota dan wakilnya akan terputus, tidak ada pembagian tugas yang jelas untuk kepentingan masyarakat Surabaya,” ujar Mubarok.
Perang dingin antara kubu Whisnu dan Eri sebetulnya bermula dari ketidakharmonisan hubungan antara Tri Rismaharini dan Wishnu. Selama 5 tahun menjabat, Risma jarang sekali melibatkan Wishnu dalam urusan apapun.
Di sisi lain, Risma lebih mempercayai Eri Cahyadi dibanding Wishnu yang notabennya sebagai wakil. Bahkan, seperti banyak diketahui, Eri merupakan anak emas dari Risma.
“Walaupun konflik tidak muncul di permukaan, tapi kan semua pihak tahu kalau ada konflik ‘perang dingin’. Kondisi perang dingin tidak bisa dipersatukan dalam waktu sekejap,” kata Mubarok.
Mubarok menilai, seandainya pasangan Whisnu dan Eri Cahyadi ini benar-benar terjadi, maka hal itu hanya untuk membawa kepentingan sesat. Siapapun yang disodorkan Tri Rismaharini, tidak akan mewarisi kekuatan dirinya dalam mengendalikan Pemerintahan Kota Surabaya. Sebab saat ini Whisnu Sakti yang memegang tongkat (rekomendasi).
“Itu seandainya dipaksakan, hanya untuk kepentingan sesaat agar kedua kubu terakomodir dalam pilwali. Kubunya Whisnu menjadi calon wali kota dan kubunya Risma yaitu Eri Cahyadi terakomodir menjadi calon wakil wali kota,” tuturnya.
Mubarok yang juga Kepala Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Darul Umum (Undar) Jombang memperkirakan, kawin paksa antara Whisnu dengan Eri ini akan tidak mudah. Pasalnya, persoalan di antara ke dua kubu tersebut tidak akan mudah diselesaikan dalam waktu yang singkat.
“Kawin paksa ini berat. Karena untuk membangun image sebelumnya tidak ada luka itu sangat berat. Walaupun tidak pernah bekerjasama, paling tidak, tidak ada luka antar dua kubu berkoalisi itu kan,” jelas Mubarok.
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin