Jakarta, Aktual.co — Rasisme secara terang-terangan dan kekerasan masih terasa di negara yang mengaku demokratis seperti Amerika Serikat.
Seperti yang diceritakan Chris Arnade, dilansir dari the guardian, Seminggu setelah Barrack Obama terpilih sebagai presiden pada 2008, warga Florida di suatu bar berkata “Jika negro bisa menjadi presiden, maka saya bisa minum (wiski) lagi,” seraya melecehkan.
Chris menyebutkan, setelah mengubur ayahnya, yang menghabiskan waktu di tahun 50-60an berjuang untuk hal sipil di selatan, mendapat teror dan intimidasi. Mobilnya ditembak, diancam rumahnya akan dibakar, dan tetangga melarangnya bermain di halaman mereka. Hal inilah yang membuat Chris pindah ke New York dan bekerja di Wall Street.
Chris yang merupakan warga kulit putih, berbagi pengalamannya ketika hidup di Wall Street. Berharap mendapat kehidupan yang lebih baik, ternyata dia mendapatkan kehidupan yang seakan ‘ditampar masa lalu’ ketika mendokumentasikan lingkungan Bronx, New York.
Di Hunts Point, Bronx, New York, tercium aroma kemiskinan yang didominasi oleh warga kulit hitam. Butuh waktu beberapa bulan untuk mempercayai keadaan yang terjadi di kota besar seperti New York. Masih terasa aroma rasis, seakan berbanding terbalik dengan undang-undang yang tertera. Di Hunts point, hukum hanya sekedar formalitas dan jauh berbeda dengan realita di lapangan. Kehidupan tak mengenakkan amat terasa dibebankan kepada warga kulit hitam.
Sebagai bangsa, (AS) memuji diri karena mampu bersaing dan melesat dibanding bangsa lain. Beragam warna kulit seperti kulit hitam dan hispanik diangkat sebagai sebuah keberhasilan untuk tidak membedakan warna kulit dan demokratis. Padahal, nyatanya tidak demikian. Kemiskinan bukanlah kegagalan warga Hunts Point, yang secara personal memiliki kemampuan dan bakat seperti orang lain. Sebaliknya, kemiskinan yang terjadi merupakan kegagalan bersama seluruh masyarakat luas.
Menurut Chris, harus melihat kasus pembunuhan gadis 15 tahun yang tak tuntas di Hunts Point, dan membuatnya berfikir betapa beruntung anak-anaknya. Selain itu, harus melihat seorang bocah yang bermimpi untuk bisa sekolah di perguruan tinggi, namun menjadi pengedar narkoba.
Artikel ini ditulis oleh: