Ekonom senior yang juga mantan Menteri Kemaritiman Rizal Ramli (tengah) bersama Kelompok Tani Sahabat melakukan panen raya di Kampung Penggalang, Ciruas, Serang, Banten, Selasa (13/2). Rizal Ramli bersama petani setempat mendesak pemerintah agar menghentikan impor beras agar tidak menjatuhkan harga gabah dalam negeri karena masa panen raya sudah mulai. Jika irigasi persawahan dapat ditata dengan baik, maka Indonesia bisa memanen padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Karena memiliki sinar matahari dan sumber air yang berlimpah. AKTUAL/HO

Jakarta, Aktual.com – Tokoh agama dan pendri lembaga pendidikan Insan Mandiri, Ustad Husain Alatas menganggap ekonom senior Rizal Ramli telah memenuhi persyaratan atau kualifikasi sebagai pemimpin nasional.

Hal ini diungkapkan Husain ketika keduanya bertemu di Bekasi, Minggu (22/7) kemarin.

Menurut Husain, Indonesia sangat membutuhkan paket kepemimpinan nasional yang memiliki kemampuan dalam membaca persoalan ekonomi yang sedang terjadi dan mengambil jalan keluar atas kemelut yang dihadapi.

Dua poin ini, disebutnya terdapat pada diri Rizal Ramli. Meskipun Rizal Ramli belum memiliki kendaraan politik, Husain bersedia membantunya komunikasi politik antara dirinya dengan sejumlah partai politik.

Menurutnya, Rizal harus tetap maju sebagai kandidat Capres, sepanjang itu demi kebaikan bangsa dan negara.

Sebelum memaparkan hal di atas, Husain mengungkapkan pendapatnya terkait perbandingan ekonomi saat ini dengan kondisi akhir orde baru, tepatnya tahun 1997 hingga 1998.

“Saat itu (1997/1998) kita masih mengekspor BBM, subsidi masih ada, dan Presiden Soeharto dipersepsi memiliki hubungan yang baik dengan Islam. Sekarang situasinya berbeda,” kata Ustad Husain Alatas.

Ustad Husain Alatas meminta agar pemerintah tidak terpedaya oleh pujian-pujian pihak asing.

“Kita tampaknya masih belum mau memetik pelajaran dari kejadian di masa lalu. Kita gampang terpedaya oleh pujian-pujian mereka,” sambung pendiri Radio Silaturahmi (Rasil) ini lagi.

Pernyataan Husain merupakan tanggapan atas pemaparan Rizal Ramli yang menyebut tim ekonomi Joko Widodo (Jokowi) telah menggunakan jurus yang pernah digunakan oleh tim ekonomi Soeharto menjelang krisis ekonomi yang menghantam Indonesia.

Jurus itu adalah jurus ngeles dengan mengatakan bahwa pondasi perekomian nasional masih sangat baik dan pengelolaan dilakukan dengan prudent atau berhati-hati.

“Di akhir 1996, tim Econit mengeluarkan proyeksi bahwa tahun 1997 adalah the year of uncertainty atau tidak pasti. Dipicu oleh utang besar, current account negatif, nilai rupiah anjlok. Tapi pemerintah saat itu terus membantah. Dan akhirnya apa yang kami ramalkan terjadi,” ujar Rizal Ramli.

“Di tahun 1998, permainan George Soros menghantam Thailand. Ternyata, karena ada masalah struktural, kita kena dampak, bahkan jatuh lebih dalam,” sambungnya.

Situasi perekonomian nasional di tahun 1997 dan 1998 sedikit lebih baik dari situasi saat ini. Setidaknya karena dua hal. Pertama, Indonesia masih merupakan eksportir bahan bakar minyak, dan kedua, fragmentasi dan friksi sosial tidak begitu tinggi.

“Sekarang Indonesia adalah net importir bahan bakar. Ini ikut memicu kenaikan harga barang, terutama bahan makanan. Di sisi lain friksi sosial tinggi. Ini bisa sangat berbahaya,” ujar Rizal Ramli lagi.

Dia meminta agar pemerintahan Jokowi bicara apa adanya mengenai situasi perekonomian, jangan terus menutup-nutupi dengan berbagai pencitraan, dan nanti akan menutupnya dengan penyesalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan