Wina, Aktual.com – Pengawas nuklir PBB pada Jumat (13/10) kembali mengkonfirmasi Iran telah melaksanakan kesepakatan nuklir Iran di bawah rejim pengabsahan nuklir yang kuat.
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano, mengatakan Teheran bekerjasama dengan badan pengawas atom tersebut untuk melaksanakan komitmen yang harus dilakukan oleh Teheran.
“Iran sekarang untuk sementara melaksanakan Protokol Tambahan bagi Kesepakatan Perlindungan Menyeluruhnya dengan IAEA, alat pengabsahan yang kuat yang memberi para penyelidik kami akses lebih besar bagi informasi dan dan lokasi di Iran,” kata Amano, seperti diberitakan Xinhua, Sabtu (14/10).
Berdasarkan kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015, IAEA diminta mengabsahkan apakah Iran memenuhi komitmennya untuk mengurangi program nuklirnya dan memberi transparan lebih besar pada rencana atomnya.
“Sebagaimana telah saya laporkan ke Dewan Gubernur, komitmen yang berkaitan dengan nuklir yang dilakukan oleh Iran berdasarkan JCPOA dilaksanakan,” kata Amano.
Namun Presiden AS Donald Trump, di dalam upaya terakhirnya untuk memenuhi janji kampanyenya, pada Jumat memberi pukulan keras terhadap kesepakatan nuklir Iran tanpa menghapuskannya.
“Saya mengumumkan hari ini bahwa kami tidak bisa dan takkan membuat sertifikasi ini (mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir),” kata Trump di Gedung Putih, saat ia mengungkapkan strategi baru pemerintahnya mengenai Iran.
Pencabutan sertifikasi itu takkan membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada saat ini, tapi itu akan membuka jendela 60-hari, yang memungkinkan Kongres AS memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir atas Iran, langkah yang akan berarti pelanggaran terhadap kesepakatan oleh pihak AS.
Selama pidatonya pada Jumat, Trump menyebut kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebagai “salah satu transaksi yang paling jelek dan paling satu pihak yang pernah dimasukan Amerika Serikat”. Trump menyalahkan Iran karena melakukan “banyak pelanggaran kesepakatan” dan “tidak menghidupkan semangat kesepakatan tersebut”.
Tuduhannya mengenai pelanggaran Iran terhadap kesepakatan itu tampaknya bertolak-belakang dengan pernyataan Menteri Dalam Negerinya Rex Tillerson, yang sebelumnya mengatakan berdasarkan JCPOA, Amerika Serikat tidak membantah bahwa Iran “melakukan kepatuhan teknis”.
IAEA pada masa lalu delapan kali memberi pengesahan mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir tersebut.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: