Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia Zulkifli Zaini menilai kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) 25 basis poin menjadi 7,75 persen sudah tepat dan tidak menunjukkan kepanikan atas penyesuaian harga BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah.

“BI tidak panik, justru itu antisipatif. Karena kita sudah melihat dengan kenaikan BBM ini, inflasi sudah di depan mata,” ujar Zulkifli di Jakarta, Jumat (21/11).

Menurut Zulkifli, jika sudah jelas akan ada dampak inflasi akibat penyesuaian harga BBM namun BI rate belum dinaikkan, juga akan mengancam likuiditas perbankan di dalam negeri.

“(Kalau tidak dinaikkan) Itu likuiditas perbankan bisa jadi masalah. Dengan suku bunga yang naik itu, orang jadi punya insentif untuk tetap menyimpan uangnya di bank,” kata Zulkifli.

Selain menjaga inflasi dan likuiditas perbankan, lanjut Zulkifli, naiknya BI rate juga akan menjaga tetap masuknya modal dari luar negeri (foreign direct investment).

“Kalau suku bunga itu tetap, sementara inflasi naik, itu insentif untuk memasukkan dana ke Indonesia sedikit menurun karena ada inflasi itu,” ujar Zulkifli.

Zulkifli menambahkan, kenaikan BI rate memang akan sedikit mengorbankan sektor riil namun sifatnya hanya sementara.

Menurut Zulkifli, yang terpenting adalah tetap terjaganya likuiditas perbankan dan ia berharap para deposan tetap menyimpan uangnya di bank kendati ada sedikit kenaikan inflasi.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Selasa (18/11), memutuskan kenaikan bunga acuan 25 basis poin menjadi 7,75 persen, setelah 13 bulan berturut-turut bertahan di 7,5 persen, sebagai respon atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Suku bunga “lending facility” sendiri naik sebesar 50 bps menjadi 8,0 persen dan suku bunga “deposit facility” tetap pada level 5,75 persen berlaku efektif sejak 19 November 2014.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka