Jakarta, Aktual.com – International Conference of Islamic Scholar (ICIS) yang berkedudukan di Jakarta, menolak keras cara kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan yang menyandera 10 warga negara Indonesia (WNI), dengan memaksa sejumlah uang tebusan.

“Cara-cara semacam itu tidak dikenal dalam Islam serta bertentangan dengan hukum internasional,” kata Sekjen ICIS KH A Hasyim Muzadi kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/4).

Sekjen ICIS mengemukakan keterangan tersebut sehubungan terjadinya penyanderaan terhadap 10 awak kapal pandu Brahma 12 beserta muatan batubara milik perusahaan tambang dari Banjarmasin Kalimantan Selatan oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina sejak 26 Maret 2016.

Abu Sayyaf dan kawan-kawan meminta tebusan 50 juta peso (sekitar Rp14,3 miliar) untuk pembebasan 10 sandera tersebut. Para sandera kini disembunyikan di pedalaman Pulau Sulu.

KH Hasyim lebih lanjut menegaskan bahwa ICIS menuntut agar para sandera warga Indonesia itu segera dibebaskan tanpa syarat apapun.

Dalam hubungan itu, ia mengimbau kepada Nur Misuari sebagai pemimpin yang sangat berpengaruh di lingkungan kelompok Moro Filipina Selatan, agar menggunakan pengaruhnya untuk meminta kepada kelompok Abu Sayyaf agar segera membebaskan para sandera.

Pembebasan para sandera sangat penting mengingat hubungan diplomatik yang telah berjalan baik antara ICIS dan Nur Misuari yang telah membuahkan jembatan peredaan ketegangan kelompok Misuari dengan Pemerintah Filipina pada tahun-tahun yang lalu.

Sekjen ICIS yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu berharap agar Nur Misuari dapat mengerti posisi netral ICIS dalam pergaulan umat Islam dunia serta dunia internasional pada umumnya.

Berkat posisi netral itu pula, menurut dia, tokoh Taliban di Afganistan bersedia membebaskan sandera para wartawan Korea Selatan di Afganistan beberapa tahun yang lalu atas permintaan ICIS.

Selain itu Pemerintah Iran pada masa pemerintahan Ahmadinnejad bersedia memberikan pengampunan terhadap WNI yang tertangkap di Iran sebagai awak kapal berbendera Amerika yang masuk ke wilayah Iran.

“Saya yakin imbauan ini akan dipertimbangkan oleh Saudara Nur Misuari, demi hubungan baik dan persaudaraan muslimin ASEAN”, ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara