Jakarta, Aktual.com – Tiga tahun lebih pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla ternyata gagal membangun ketahanan pangan. Hal ini karena barang-barang Indonesia lebih banyak dibanjiri impor.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi, saat ini semua barang-barang kebutuhan rakyat Indonesia masih diperoleh melalui impor. Lebih ironis lagi, bukan cuma barang-barang yang menggunakan teknologi tinggi yang diimpor, tetapi hasil bumi seperti garam dan kedelai pun diimpor.
“Inilah yang mengkhawatirkan kita. Jadi pemerintah Jokowi bukan cuma gagal membangun industri, tetapi membangun pertanian pun tidak bisa. Padahal, pembangunan sektor pertanian mestinya menjadi dasar untuk membangun masa depan industri asional kita,” kata dia di Jakarta, Minggu (12/11).
Padahal, kata dia, hal-hal seperti itu sudah jauh-jauh hari dipikirkan oleh para pendiri bangsa sejak Indonesia masih dalam gagasan mereka.
“Sangat disayangkan, sejak zaman kolonial hingga sekarang, Indonesia harus berpuas sebagai negara pengekspor bahan mentah. Tapi sektor industri tidak pernah berkembang dan tidak pernah sanggup mengatasi ketergantungan bangsa Indonesia terhadap produk impor,” jelas dia.
Bahkan, sejak neoliberalisme kian massif di Indonesia saat ini, industri manufaktur yang sudah “setengah-nafas” itu pun kian hancur. Dan akhirnya secara perlahan daya beli masyarakatpun terjun bebas.
“Karena yang terjadi saat ini, Indonesia belum punya cetak biru industri nasional yang mengaitkan semua sektor untuk mendukung industri yang akan dikembangkan,” kata Firman.
Justru sebaliknya yang terjadi saat ini, pemerintah yang bermental inlander ini cukup puas menjadi pengekspor bahan mentah saja.
“Padahal, basis industrialisasi nasional kita adalah industri yang berbasis pada pengolahan sumber daya alam kita. Pembangunan ekonomi ini tidak jelas mau kemana. Sayangnya, di tengah-tengah kehancuran industri nasional ini, pemerintah cuma fokus pada pembangunan infrastruktur,” jelas dia.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: