Dia menegaskan Pembangunan ekonomi saat ini tidak jelas mau mengarah kemana. Ditengah-tengah kehancuran industri nasional, pemerintah memfokuskan kepada pembangunan infrastruktur.
Dalam tiga tahun terakhir (sejak 2015-2017),
pemerintah mengalokasikan dana infrastruktur sebesar Rp 913,5 triliun. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan lima tahun anggaran infrastruktur di era pemerintah sebelumnya.
“Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, dana infrastruktur kembali dinaikkan menjadi Rp 410,7 triliun. Bahkan pemerintahpun berencana mengorbankan rakyat dengan menghapus kelas golongan pelanggan listrik Rumah Tangga golongan 900 VA – 2200 VA,” ujarnya.
Selain itu ribuan kilometer jalan negara dan jalan tol berhasil dibangun, dari Sumatera hingga Papua. Infrastruktur lain seperti bandara hingga pelabuhan juga terbangun megah di era Jokowi. Yang menjadi pertanyaan bangi IDM; apakah proyek infrastruktur Jokowi ini dapat mengatasi masalah bangsa ini? Yaitu tidak memiliki basis industri nasional sebagai jalan menuju kemakmuran rakyat.
“Kegagalan Industrialisasi nasional berkonsekuensi serius di Indonesia: meluasnya pengangguran, ketergantungan pada impor, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, kegagalan industrialisasi juga membuat bangsa Indonesia makin kehilangan keterampilan, pengetahuan, kreatifitas, dan lain-lain. Kita seolah merasa cukup sebagai bangsa konsumen,” sesalnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid