Jakarta, Aktual.com – Menteri Sosial Idrus Marham mengakui memiliki kedekatan dengan para tersangka kasus dugaan suap proyek PLTU Riau-1, Wakil Ketua Komisi VII DPR Eni Maulani Saragih dan pemegang saham BlackGold Natural Recourses Limited Johannes B Kotjo.
Pernyataan tersebut disampaikan mantan Sekjen Partai Golkar pasca menjalani pemeriksaan intensif tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama 11 jam.
“Jadi ini semua teman saya, Johanes saya teman sudah lama kenal, ibu Eni apalagi itu adik saya,” ujar Idrus, di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (19/7).
Namun Idrus enggan menjelaskan lebih detail kedekatan dirinya dengan para tersangka.”Bahasanya kalau Eni saya panggil dinda, kalau Eni panggil saya abang. Kalau Pak Kotjo saya panggil abang,” kata Idrus.
Soal pemeriksaan sendiri, Idrus mengakui dirinya diperiksa dalam kapasitas selaku Sekjen Partai Golkar. Lamanya pemeriksaan, diklam Idrus lantaran banyaknya penjelasan yang harus ia berikan, termasuk soal penangkapan Erni yang dilakukan tim penyidik KPK dikediamannya.
“Cukup lama penjelasan penjelasan yang saya berikan, tentu termasuk (penjelasan) bagaimana di rumah saya,” kata dia.
Pada kasus ini, KPK baru menetapkan Eni dan Kotjo sebagai tersangka. Eni diduga menerima uang sejumlah Rp4,8 miliar secara bertahap dari Kotjo terkait kesepakatan kontrak kerja sama proyek PLTU Riau-I.
Saat operasi tangkap tangan (OTT), Eni menerima Rp500 juta dari Kotjo. Uang tersebut adalah pemberian keempat dari total Rp4,8 miliar yang telah ia terima dari Bos Apac Group itu sejak Desember 2017 lalu. Eni dicokok tim penyidik KPK di rumah dinas Idrus pada Jumat (13/7) lalu.
Proyek PLTU Riau-I yang masuk dalam proyek 35 ribu Megawatt itu rencananya bakal digarap Blackgold, PT Samantaka Batubara, PT Pembangkit Jawa-Bali, PT PLN Batubara dan China Huadian Engineering Co. Ltd. Namun, setelah kasus suap ini mencuat proyek tersebut dihentikan sementara
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby