Jakarta, Aktual.com – Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menyebut program peningkatan kompetensi guru oleh Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan (Kemedigbud) hanya dinikmati sebagian guru di Indonesia.
“Banyak guru indonesia tidak tersentuh peningkatan kompetensi guru, lebih 80 persen tidak tersentuh,” ungkapnya dalam sebuah seminar yang diadakan Fraksi Partai Golkar di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (14/12/2016).
Selanjutnya, jelas Ramli, program ini hanya diikuti oleh guru senior berpengalaman yang ditunjuk langsung oleh dinas pendidikan sehingga guru muda tidak mendapat pengalaman sama. Hal ini berdampak pada buruknya peningkatan kompetensi yang ditunjukkan dengan hanya 60 persen yang lulus sertifikasi.
Dalam kenyataannya, di sekilah guru bersertifikasi itu tidak banyak berkontribusi. Guru honorerlah yang lebih banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran dalam mendidik anak didik.
“Bangsa ini tergantung pada guru yang dibayar murah. 30 persen tergantung pada guru honorer dan guru tidak tetap,” sesalnya.
Mirisnya apa yang diperbuat oleh guru non PNS tersebut tidak diimbangi dengan pendapatan memadai.
“Upah yang didapat oleh guru ini lebih murah, Rp 2500 perjam. Sangat miris sekali jika dibandingkan dengan buruh kasar yang berpendapatan seratus ribu perhari,” tambahnya.
Dirinya juga menyebut mayoritas guru tidak meningkat karena setifikasi, bahkan semakin bodoh. Lantaran uang setifikasi yang diberikan pemerintah tidak dimanfaatkan dengan tepat oleh penerima sertifikasi namun lebih digunakan untuk menafkahi anak-anak dan kebutuhan lain diluar itu.
Untuk itu perlu meninjau ulang program ini sehingga tepat sasaram sesuai tujuan pendidikan.
Selain itu guna meningkatkan kualitas guru, dirinya berharap pemerintah harus meningatkan kegiatan bagi kompetensi guru itu seperti pelatihan seminar yang selama ini cenderung diselenggarakan PGRI.
Pewarta : Ahmad H. Budiawan
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs