Jakarta, aktual.com – Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) Rachmi Hertanti menginginkan pejabat pemerintah jangan membuat kalimat memanfaatkan peluang dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China hanya menjadi slogan semata.
“Perang dagang selalu menjadi jargon pemerintah seolah-olah ini peluang yang dapat dimanfaatkan. Tapi nyatanya, tidak mudah bisa memanfaatkan situasi ini tanpa adanya perubahan struktural perdagangan dan industri kita,” kata Rachmi Hertanti ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (12/7).
Menurut Rachmi, hingga kini tidak ada langkah strategi yang sistematis yang dipersiapkan pemerintah dalam memanfaatkan perang dagang, dan tanpa adanya perang dagang memang sudah seharusnya pemerintah Indonesia juga melakukan perbaikan tata kelola kebijakan perdagangan dan industri nasional.
Ia berpendapat bahwa momentum perang dagang AS-China ini tidak serta merta dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional, karena semua tergantung kepada prasyarat yang dapat dipenuhi oleh Indonesia, khususnya dalam konteks daya saing.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menyampaikan bahwa peluang Indonesia untuk mendapat keuntungan dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kecil.
“Kalau secara peluang memang ada peluang, tapi cukup kecil,” ujar Fithra saat dihubungi, Kamis (12/7).
Fithra mengatakan Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk memanfaatkan komoditas ekspor yang selama ini menjadi unggulan untuk dikirimkan ke AS, seperti produk holtikultura ataupun furnitur.
Namun, kata dia, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, mengingat negara-negara lain juga mengincar peluang yang sama untuk dapat mengambil keuntungan dari perang dagang kedua negara.
“Kalaupun kita melihat peluang, negara yang lain pun melihat peluang yang sama,” ujar Fithra.
Lebih lanjut Fithra mengatakan peluang Indonesia untuk memanfaatkan dampak perang dagang AS-China semakin sulit lantaran bila dilihat secara komparatif, produk Indonesia masih kalah bersaing dengan produk-produk sejenis dari negara ASEAN lain seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand.
Oleh karena itu, Fithra menyarankan agar saat ini Indonesia fokus terlebih dahulu dalam membangun daya saing dengan negara-negara ASEAN.
Peningkatan daya saing bisa dilakukan lewat berbagai cara, seperti menjaring investor di industri-industri potensial, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin