Jakarta, Aktual.co — Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini, dibuka melemah sebesar 15,62 poin atau 0,29 persen menjadi 5.429,48. Sementara kelompok 45 saham unggulan (indeks LQ45) turun 3,94 poin (0,42 persen) ke level 946,88.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa sebagian saham-saham di dalam negeri memasuki area jenuh beli (overbought) setelah dalam beberapa hari terakhir mengalami peningkatan yang berkelanjutan.
“IHSG BEI bergerak cenderung mendatar, sebagian pelaku pasar menahan aksi beli, sehingga tetap mewaspadai adanya potensi pembalikan arah,” katanya.
Namun di sisi lain, lanjut dia, sebagian investor masih melanjutkan aksi belinya, sehingga potensi IHSG BEI untuk mempertahankan posisinya di area positif masih terbuka. Jika aksi beli masih berlanjut maka IHSG pun akan kembali mencatatkan rekor barunya.
Analis PT Asjaya Indosurya William Surya Wijaya menambahkan bahwa kekuatan naik IHSG masih belum pudar ditunjang oleh aliran dana asing yang masih masuk ke pasar saham Indonesia, itu menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian domestik masih cukup tinggi.
Di sisi lain, lanjut dia, data ekonomi regional seperti manufaktur Tiongkok versi HSBC memperlihatkan aktivitas ekspansi, kondisi itu bisa menjadi salah satu faktor yang turut memberikan sentimen positif bagi pasar saham di kawasan Asia, termasuk IHSG BEI. “Jika IHSG BEI terjadi koreksi merupakan hal wajar, namun situasi itu dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan akumulasi pembelian, IHSG dalam jangka pendek masih berada dalam jalur tren penguatan,” katanya lagi.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 38,71 poin (0,16 persen) ke 24.739,57, indeks Bursa Nikkei naik 71,53 poin (0,38 persen) ke 18.656,73, dan Straits Times melemah 16,07 poin (0,46 persen) ke posisi 3.425,32.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp12.857 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.856 per dolar AS.
“Mata uang rupiah bergerak mendatar terhadap dolar AS menyusul aksi ‘wait and see’ pelaku pasar terhadap pengumuman data ekonomi domestik pada awal pekan depan (Senin, 2/3) oleh Badan Pusat Statistik (BPS),” kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis (26/2).
Ia memperkirakan bahwa mendatarnya fluktuasi nilai tukar rupiah dikarenakan adanya kecemasan sebagian pelaku pasar terhadap laju inflasi Februari 2015 yang diperkirakan kembali tinggi menyusul harga beras di dalam negeri yang meningkat. Namun, ia mengharapkan bahwa kenaikan harga beras segera dapat diredam sehingga tidak mengganggu tingkat inflasi Februari 2015, yang awalnya diprediksi rendah seperti laju inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26 persen.
Ia menambahkan bahwa laju rupiah juga diharapkan kembali bergerak di area positif setelah adanya testimoni dari Gubernur the Fed Janet Yellen yang mengindikasikan tidak ada kenaikan suku bunga (fed fund rate) untuk beberapa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) ke depan. “Sentimen eksternal berpotensi menjadi sentimen positif bagi laju rupiah melanjutkan penguatan,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:

















