Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/7). Setelah sepekan libur Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan melesat di hari pertama perdagangan. Indeks ditutup menguat 1,96% menjadi 5.069,02 dengan volume transaksi sebesar 6,09 miliar saham dan nilai transaksi mencapai Rp 9,18 triliun. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/16.

Jakarta, Aktual.com-Kenaikan suku bunga The Fed fund rate di Amerika Serikat kemungkinan juga akan terjadi di tahun depan. Sehingga negara berkembang seperti Indonesia, akan terkena dampaknya.

Menurut Associate Director Chief Investment Officer RHB Asset Management, Liew Kong Qian arus dana keluar negeri (capital outflow) nantinya bisa lebih tinggi untuk kembali ke AS. Tentunya kondisi ini membuat pasar uang dan pasar modal akan terkena dampaknya.

“Capital inflow pasti terjadi. Tapi susah ditebak seberapa besarnya. Yang penting, kalau ada kenaikan suku bunga di AS, adjustment-nya harus jelas dari pemerintah. Agar pasar kita tetap menarik,” tegas Liew di Jakarta, Rabu (7/12).

Bagi dia, kenaikan suku bunga The Fed ini memang berpotensi untuk menarik dana-dana yang terebar di emerging market, seperti Indonesia.

“Karena Di AS, Trump ini akan memunculan ekspektasi baru. Yield bond pun mulai meningkat. Dan Trump melakukan spending di infrastruktur, sehingga ekspektasinya mulai positif,” cetu dia.

Meski begitu, dirinya memprediksi pasar modal akan lebih positif di tahun depan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa berada di level 6.000. Salah satu yang menjadi pendorongnya adalah pertumbuhan ekonomi 2017 yang akan positif. Bahkan dia memprediksi mencapai 5,4 persen.

“Pertumbuhan ekonomi yang naik ditingkat 5,4 persen ini menimbulkan kepercayaan pelaku pasar dan membuat investor asing masuk ke pasar ‎modal Indonesia,” tegasnyan

Beberapa sektor yang menarik di tahun depan adalah komoditas yang mulai naik, perbankan, properti dan lainnya.

*Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: