Jakarta, Aktual.com – Analis Pasar Modal Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menyebut penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level tertingginya hanyalah sesaat.
Sebagaimana kemarin IHSG menguat melebihi level 6.000 atau tembus rekor baru, karena adanya sentimen setelah pengesahan UU APBN 2018.
Dan ketika menyentuh rekor 6.055,86 karena adanya sentimen pertumbuhan ekonomi kuartal III-2017 yang baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
“Jadi penguatan itu sementara karena ada sentimen tertentu. Karena selama ini masih ada faktor penghalang IHSG menguat yakni nilai tukar rupiah yang masih anjlok terus. Jadi sekalipun ada penetapan APBN saat itu dan kemudian saat ini rilis pertumbuhan ekonomi ternyata tak menjadi sentimen positif bagi rupiah,” papar dia di Jakarta, Selasa (7/11).
Belum lagi faktor-faktor lain yang masih banyak akan menghalangi laju IHSG tampil menguat.
Salah satunya terkait penerimaan pajak yang tak akan sesuai target. Meskipun ada tax amnesty pengaruhnya tak signifikan. Karena income dari sektor pajak itu masih belum kuat.
“Jadi proyeksi kami untuk IHSG itu hingga akhir tahun masih belum terlalu bagus. Secara teknikal masih di posisi 5.900 dan 6.000. Memang ada peluang sampai 6.100 sampai akhir tahun. Tapi kalau tak tercapai level support IHSG bisa anjlok ke level 5.700,” kata dia.
Karena, kata dia, biasanya level percepatan pertumbuhan ekonomi itu ada di kuartal keempat, tapi saat ini sudah ditarik ke kuartal III-2017. Ditambah lagi, saat ini, price earning (PE) IHSG sudah tinggi.
“Jadi 5.700 itu lebih ke faktor psikologis. Di market kita itu ada persepsi kalau IHSG sudah ke rekor tertinggi, maka PE sudah tinggi. Harga akan mahal. Dibanding dengan bursa Asia lainnya itu mahal. Itu yang membuat kemudian IHSG bisa anjlok lagi,” kata dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh: