Jakarta, Aktual.com — Data dari Institute of International Finance (IIF) mengungkapkan bahwa para investor panik dan membuang ekuitas mereka mencapai USD8,7 miliar (Rp121,8 triliun). Modal tersebut mengalir keluar dari pasar negara-negara berkembang (emerging market/EM) pada Agustus.
“Arus keluar modal bersih mencapai USD4,5 miliar, dengan arus masuk utang (surat utang) hanya setengahnya mengimbangi aksi jual ekuitas,” ujar IIF ditulis Sabtu (29/8).
Itu bulan pertama selama tahun ini, modal negatif bersih mengalir ke pasar negara berkembang (EM), dan kontras dengan Juli yang tenang, ketika arus keluar modal hanya 100 juta dolar AS, dibandingkan dengan arus masuk utang sebesar 6,2 miliar dolar AS.
Arus keluar itu sangat intensif pada Senin, 24 Agustus, memicu sebuah “Flows Alert” untuk IIF, sebuah kelompok riset perbankan dan lobi global.
“Hari itu saja, tujuh negara dalam sampel arus harian kami mengalami arus keluar 2,7 miliar dolar AS, besarnya sama dengan 17 September 2008 selama pekan kebangkrutan Lehman Brothers,” kata IIF.
Alasan utama, menurut kelompok riset itu, adalah gejolak di Tiongkok, di mana bursa saham Shanghai pada hari itu mengalami penurunan tajam 8,5 persen.
“Harga komoditas lemah dan dikaitkan dengan Tiongkok telah menekan pasar saham negara-negara berkembang, ketika pasar sudah tegang dalam mengantisipasi tinggal landas The Fed,” IIF mengatakan, mengacu pada ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
“Pengumuman rezim nilai tukar baru yang lebih berorientasi pasar dan devaluasi RMB (renminbi) pada 11 Agustus meningkatkan kekhawatiran tentang ekonomi Tiongkok dan memicu volatilitas pasar berbasis luas, depresiasi mata uang dan penjualan luas ekuitas negara-negara berkembang,” tambahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka