Jakarta, Aktual.co —  Peneliti sekaligus penulis buku ‘Dalam Bayangan Matahari Terbit’, Shanti Darmastuti berharap Presiden Joko Widodo dapat meninjau ulang perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) yang dilakukan pemerintahan sebelumnya pada 20 Agustus 2007.

Dirinya menilai, perjanjian tersebut tidak banyak menguntungkan Indonesia. Tetapi, justru lebih menguntungkan negara Jepang sendiri.

“Banyak perjanjian ini yang dinilai tidak menguntungkan seperti atas barang dan jasa,” kata Shanti di Dapur Selera, Tebet, Jakarta, Jumat (24/10).

Menurutnya, pengusaha Indonesia dalam mengekspor ke negara matahari terbit tersebut cukup sulit ditembus, di mana persoalan standarisasi dan prosedurnya sangat menyusahkan para pengusaha dalam negeri.

Selain itu, mengenai pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Jepang, jarang diterima. Padahal, di dalam perjanjian akan dimudahkan karena Jepang merima pasokan gas dari Indonesia.

“Sejauh ini yang dinilai sudah berhasil adalah industri pengelasan, di mana SDM kita sudah mendapatkan sertifikasi di sektor tersebut. Tapi sektor lain belum terlihat,” tuturnya.

Shanti mengungkapkan masih banyak pengusaha yang kesulitan menembus pasar Jepang. Pemerintahan Jokowi harus memiliki keberanian untuk bernegosiasi dengan Jepang atas hal tersebut.

“Bantuan Jepang ke kita memang cukup besar, pemerintah memang dalam posisi dilematis, tetapi ketegasan itu tetap diperlukan,” ujar dia.

Atas dasar hal tersebut Shanti mengatakan bahwa Jokowi membutuhkan menteri-menteri di bidang ekonomi yang benar-benar berkomitmen memajukan sumber daya manusia Indonesia berdasarkan kemampuan bangsa, serta dapat memaksimalkan kemampuan sumber daya alam nasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka