Kota Bogor, Aktual.com – Guru Besar Departemen Sosial Ekonomi Perikanan IPB Iis Diatin mengungkapkan budidaya ikan hias di Indonesia berpeluang menguasai pasar internasional dengan peningkatan produksi dan kualitas.
“Salah satu upaya peningkatan produksi ikan hias yaitu melalui penerapan teknologi budidaya ikan secara intensif,” kata Prof Iis di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (13/6).
Iis memaparkan saat ini sekitar 6.000 spesies dan lebih dari 2 miliar ekor ikan hias diperdagangkan di pasar internasional. Ikan hias tersebut didominasi oleh produksi ikan hias air tawar tropis sebesar 51,7 persen serta sekitar 55 persen pasar ikan hias global dipasok dari Asia.
Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversitas dan dijuluki ‘home for hundred of exotic ornamental fish’ dengan sebanyak 70 persen keanekaragaman ikan hias ditemukan di Indonesia.
Namun, kata Iis, produksi ikan hias Indonesia tahun 2020 hanya mencapai 76,22 persen dari target sebesar 1,87 miliar ekor. Sementara itu, produksi tahun 2024 ditargetkan sebesar 2,33 miliar ekor sehingga hal ini menjadi tantangan untuk dapat meningkatkan produksi ikan hias sesuai target.
Penyebab tidak tercapainya target tersebut karena sebagian besar produksi ikan hias dihasilkan dari budidaya skala kecil, yang menghasilkan ketidakpastian kualitas, kuantitas, variasi, konsistensi dan kontinyuitas produksi.
Menurutnya, salah satu upaya peningkatan produksi ikan hias yaitu melalui penerapan teknologi budidaya ikan secara intensif. Intensifikasi melalui peningkatan padat tebar dapat meningkatkan produksi dan keuntungan satu sampai tiga kali lipat dan layak untuk dikembangkan jangka panjang dalam rangka mendukung akuakutur berkelanjutan.
Selain melalui intensifikasi, peningkatan produksi ikan hias dapat dilakukan melalui pengembangan areal budidaya pada kolam pengendapan di areal bekas tambang.
“Kami telah melakukan penelitian budidaya ikan hias koi, mas koki dan komet pada kolam pengendapan bekas tambang. Ketiga jenis ikan hias yang dicobakan semuanya mampu hidup dalam kolam pengendapan,” jelasnya.
Ikan hias yang dibudidaya pada kolam pengendapan di area bekas tambang mendapat nilai kelangsungan hidup tertinggi pada ikan koi, sehingga pemanfaatan kolam pengendapan di areal bekas tambang sangat prospektif untuk produksi ikan hias.
Selanjutnya, kata Iis, dalam mengatasi masalah rendahnya kualitas ikan hias telah ditemukan teknologi untuk meningkatkan kualitas warna, pola dan corak ikan hias.
Penggunaan spektrum cahaya merah dapat meningkatkan warna ikan botia, cahaya putih untuk ikan cupang dan cahaya biru untuk ikan badut. Penambahan karotenoid dalam pakan, seperti ekstrak rosela dapat meningkatkan kualitas warna ikan koki, penambahan astaksantin dalam pakan efektif meningkatkan kualitas warna ikan botia dan ikan rainbow kurumoi.
Perbedaan warna, corak dan bentuk ikan hias yang signifikan antara jantan dan betina pada spesies yang sama, menyebabkan kualitas jantan dan betina berbeda.
Seks reversal adalah teknologi membalikkan alat kelamin dari betina ke jantan (maskulinisasi) atau sebaliknya.
Pada ikan cupang, bentuk dan warna ikan jantan lebih menarik dan ikan jantan juga menjadi ikan aduan. Penggunaan hormon 17α-metiltestosteron (MT) dapat meningkatkan agresivitas dan maskulinisasi pada ikan cupang dan ikan pelangi.
Teknologi seks reversal menggunakan bahan alami sudah mulai banyak ditemukan, seperti madu, cabai jawa, dan lainnya.
Iis pun menyampaikan langkah strategis dalam pengembangan ikan hias yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan hias, memperkuat inovasi teknologi budidaya ikan hias, memperkuat pengetahuan dan keterampilan pembudidaya, dukungan logistik dan infrastruktur produksi dan perdagangan ikan hias.
“Jangan lupa, basis data dan informasi terpadu ikan hias, penguatan branding dan pemasaran ikan hias Indonesia di pasar internasional serta regulasi pemerintah yang mendukung pengembangan ikan hias Indonesia,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin