Jakarta, Aktual.com — Dalam 55 hari lagi, tepatnya pada 9 Maret 2016, Indonesia akan merasakan pertunjukkan fenomena alam yang luar biasa, yakni Gerhana Matahari Total (GMT). Ini adalah suatu fenomena alam yang begitu dinanti bagi para pemburu GMT, yang peristiwa tersebut akan terulang lagi pada 350 tahun kemudian di Indonesia.
Tak ayal, para “pemburu GMT” seperti Astronom, fotografer, dan ilmuwan dari berbagai displin ilmu pengetahuan yang berasal berbagai negara akan menyambangi Indonesia. Sebab, Gerhana langka itu akan melintasi sejumlah wilayah di Tanah Air.
“Gerhana Matahari adalah suatu peristiwa, di mana Bulan melintas di antara Bumi dan Matahari, sehingga kedudukan Matahari, Bulan, dan Bumi terletak pada satu garis lurus. Sehingga menyebabkan cahaya Matahari yang jatuh ke Bumi terhalang oleh Bulan. Gerhana matahari akan terjadi pada siang hari,” tutur Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof. Dr. Thomas Djamaludin, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (13/1).
Ketua dari LAPAN tersebut mengatakan, bahwa peristiwa GMT pada tahun 1983 silam.
“Yang harus diperhatikan dan diketahui baik-baik adalah saat kejadian GMT pada tahun 1983, di sana terjadi suatu pembodohan massal seolah-olah cahaya GMT itu berbahaya itu sama sekali tidak benar. Karena cahaya GMT itu benarnya sama saja dengan dengan cahaya Matahari biasa akan tetapi perbedaannya saat terjadi GMT. Semua yang ada di sekeliling kita akan menjadi gelap seperti saat senja atau habis Magrib,” urai ia menjelaskan.
“Dan yang harus benar-benar kita perhatikan adalah saat kita menikmati terjadinya GMT kita harus menggunakan kacamata pelindung yang memang dibuat dengan saringan khusus. Akan tetapi saat GMT terjadi kita bisa membuka kacamata pelindung dan menikmati cahaya GMT yang indah itu. Tetapi awas saat sempurna GMT hanya hitungan menit, jadi saat bulan kembali bergerak kita harus pakai kembali kacamata pelindung,” urai ia melanjutkan.
Artikel ini ditulis oleh: