London, Aktual.com – Ilmuwan pertanian mengungkapkan, investasi pengelolaan air pertanian secara besar dapat mengurangi kelaparan, sementara itu dapat membatasi beberapa efek berbahaya dari perubahan iklim pada hasil panen.
Ilmuwan menyelidiki potensi agar dapat memroduksi banyak bahan pangan dengan jumlah air sama, caranya mengoptimalkan penggunaan hujan dan irigasi.
Pemanasan global diperkirakan memperburuk kekeringan dan perubahan pola curah hujan, ketersediaan air menjadi penting untuk mengurangi ancaman terhadap kekurangan pasokan pangan global.
“Penggunaan air secara bijak dapat meningkatkan produksi pertanian – kami sebenarnya terkejut melihat efek cukup besar seperti ditingkat global,” kata Jonas Jägermeyr dari Potsdam Institute untuk Penelitian Dampak Iklim, penulis utama studi tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis (18/2).
“Ternyata manajemen air tanaman adalah pendekatan gampang untuk mengurangi kekurangan gizi dan meningkatkan ketahanan iklim petani kecil,” kata dia.
Alam skenario yang paling ambisius, produksi kalori global bisa naik 40 persen, mengurangi separuh defisit pangan global pada 2050, meskipun populasi dunia diperkirakan mencapai 9,7 miliar orang pada saat itu, naik dari 7,3 miliar sekarang.
Bahkan, dalam skenario kurang ambisius, hasil menunjukkan bahwa pengelolaan air tanaman terpadu bisa membuat kontribusi untuk mengisi piring orang miskin, kata Jägermeyr.
Menggunakan simulasi komputer, ilmuwan menyelidiki beberapa pilihan yang berbeda untuk pengelolaan air, dari menggunakan teknologi rendah seperti irigasi tetes skala industri.
Studi ini menemukan potensi meningkatkan hasil melalui pengelolaan air tanaman sangat besar di daerah-daerah minim air di Tiongkok, Australia, Amerika Serikat bagian barat, Meksiko dan Selatan Afrika.
“Pengelolaan air adalah kunci untuk mengatasi tantangan global yang mendesak dan berkelanjutan global yang mendesak,” kata Johan Rockström, co-penulis studi dan direktur pusat Ketahanan Stockholm.
Tapi, dalam skenario bisnis pada umumnya jika emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil tidak berkurang sama sekali – pengelolaan air jelas tidak akan cukup untuk mengatasi efek negatif dari perubahan iklim, kata studi tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara