Sukuk Ritel
Sukuk Ritel

Jakarta, Aktual.com — Obligasi syariah atau sukuk yang diterbitkan kalangan korporasi, terutama sektor keuangan dan infrastruktur diklaim lebih menarik dibanding sukuk milik pemerintah.

Karena bagi korporasi, mereka akan memberikan imbal hasil yang lebih besar atau premium tarif dibanding sukuk pemerintah, sehingga likuiditasnya akan semakin terjaga.

“Saya yakin (sukuk korporasi) lebih baik dari pemerintah. Karena imbal hasilnya dari sukuk korporasi lebih menarik,” kata Direktur PT CIMB Securities Indonesia, Anung R. Hascaryo di Jakarta, Kamis (3/3).

Hanya yang jadi masalah, kata dia, adalah market share-nya masih kecil, hanya 3,9 persen dari total nilai sukuk dan obligasi korpirasi yang beredar di Indonesia.

“Karena kalau marketnya semakin dalam maka likuiditasnya itu akan terbentuk,” kata dia.

Dengan kondisi seperti itu, kata dia perusahaan di infrastruktur seperti PT PLN (Persero) atau PT XL Axiata Tbk gencar menerbitkan surat utang ini. Baik dalam bentuk sukuk maupun obligasi.

Untuk PLN memang gencar menerbitkan surat utang. Ini dilakukan untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya. Terakhir PLN menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 10 triliun untuk obligasi dan Rp2 triliun untuk sukuk ijarah. PLN sendiri sudah menerbitkan surat utang tujuh kali.

Masing-masing surat utang itu ditawarkan dalam dua seri 10 tahun, dan 5 tahun. “Kalau yang belum lama perusahaan XL yang menerbitkan Rp1,5 triliun,” kata dia.

Cuma bagi dia, penerbitan sukuk oleh korporasi itu, oleh investor, bukan dilihat karena digunakan untuk apa, melainkan dari sektornya.

“Selama sektornya bagus, sektor keuangan dan infrastruktir, pasti akan laku di mata investor. Kalau soal harga, mengacu ke pasar saja. Syukur-syukur ada insentif akan lebih menarik lagi,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan