Jakarta, Aktual.com-Partai Politik atau Politisi seringkali mendapat stigma negatif. Stigma ini bukan baru muncul belakangan ini, tetapi sudah panjang sejak zaman Aristoteles, Plato, Karl Max dan Machiavelli yang kontroversial itu.
Fakta membuktikan bahwa tidak sedikit politisi yang menghalalkan segara cara dalam memperjuangkan, memperoleh serta mempertahankan kekuasaan nya. Tidak sedikit pula ada insan politik yang menggunakan cara cara di luar nalar sehat mulai politik uang, berbohong, menekan sampai dengan kekeraaan. Bagi insan politik berwatak seperti itu, etika politik tidak masuk kamus nya, kecuali insan politik berwatak etis dan hati nurani.
Ada yang berpendapat bahwa realitas politik itu sebenarnya pertarungan antara kekuatan dan kepentingan yang tidak ada kaitan dengan etika politik.
Politik seperti itu di bangun bukan dari yang ideal dan tidak tunduk kepada apa yang seharusnya ! Cara itu biasa di sebut orang sebagai politik mazhab Machiavelli, politik menghalalkan segala cara !
Berbeda dengan Machiavelli, Immanuel Kant menyebutkan bahwa ada dua watak yang terselip di setiap insan politik, yaitu insan politik berwatak Merpati dan insan politik berwatak Ular !!
Insan politik berwatak Merpati cenderung baik, lemah lembut, penuh kemuliaan dan berhati nurani. Watak Merpati selalu mendekat dengan konsituen serta cenderung aspiratif. Sementara insan politik berwatak ular selalu licin, licik, sering berbohong, koruptif dan kadang menghalalkan segala cara ! Politisi berwatak Merpati pun bisa di lahap nya !!
Artinya politik berwatak ular kapan saja bisa mengorbankan orang lain bahkan bisa mengorbankan bangsa dan negara nya seperti watak ular !! Insan politik berwatak ular ini lah yang banyak mencoreng pengertian politik yang mula itu !
Menurut Aristoteles politik itu bertujuan mulia, disini penting nya etika politik. Etika Politik menjadi suatu keharusan sesuai dengan Pancasila, way of life ( Pandangan Hidup)
Sebab etika politik dan hati nurani merupakan pengenjawantahan nilai nilai kejujuran, kebenaran, keadilan, ketulusan, keikhlasan, dan tanggung jawab atas realitas kehidupan. Untuk itu realitas politik di umpayakan dengan di elaborasikan secara mendalam antar ajaran agama dan Pancasila sebagai pegangan bagi insan politik di Indonesia khususnya.
Jika Orang baik Tidak terjun ke politik Maka para penjahat lah yang akan mengisinya
(Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki)
Semua nya terpulang kepada Partai politik dan Politisi kita, mau di bawa kemana indonesia yang kita cintai ini.
Saat nya kita lakukan politik berwatak Merpati yang bertujuan mulia dan di dasarkan Hati Nurani !!
Foto : Liputan6
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs