Jakarta, Aktual.com – Direktur Imparsial, Al Araf, mendorong lembaga Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai organisasi sipil. Ia berpendapat demikian sejalan dengan penunjukan Komjen Budi Gunawan menjadi Kepala BIN menggantikan Letjen TNI (Purn) Sutiyoso. Pergantian yang disebutnya belum menjadikan BIN sebagai intelijen sipil.
“Itu sesuatu menjadi keluhan agen intelijen sipil di BIN karena tidak menjadi aset yang mahal,” terangnya di Jakarta, Selasa (6/9).
Disampaikan, selama ini BIN selalu merekrut agen intelijen dari kalangan sipil. Mereka dididik melalui pelatihan khusus, akan tetapi diujung karirnya para intelijen sipil tersebut tidak bisa menempati posisi strategis.
Berlaku demikian karena keberadaan BIN masih dikuasai oleh intelijen militer, sementara intelijen sipil terus tersingkirkan. Padahal, perekrutan intelijen sipil ini menghabiskan biaya yang sangat mahal. Atas dasar itu pula Al Araf mendorong reformasi intelijen dengan menjadikan BIN sebagai organisasi sipil.
“Di masa depan BIN murni intelijen sipil. Intelijen kan berbicara tentang intelejensia, perang otak, bukan otot. Kecerdasan mereka harusnya di atas rata-rata,” jelas dia.
Dicontohkan bagaimana intelijen di Inggris dan Amerika Serikat, dimana intelijen dianggap publik sebagai sosok pahlawan, sementara di Indonesia intelijen justru dianggap sosok yang menyeramkan.
Hal ini dilatarbelakangi sejarah bangsa Indonesia dimana intelijen lebih mengedepankan kekerasan fisik dalam menjalankan tugasnya.
“Kita berharap masyarakat tidak lagi menganggap intelijen bagian yang menakutkan,” pungkasnya.
*Sumitro
Artikel ini ditulis oleh: