Problem kedua ucap Rizal, data beras tidak seragam. Terlalu banyak data beras berseliweran. Data Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam hal ini Perum Bulog, berbeda. Kementan mengklaim beras berlimpah tapi Bulog, sebaliknya.
“Ini pasti ada main. Kalau persoalan ini ditangani dengan benar, Menko Perekonomian bisa ngatasi dong. Tidak perlu level Wakil Presiden (Wapres) turun tangan minta ada impor beras,” kata dia.
Persoalan ketiga yaitu tahun lalu Perum Bulog hanya membeli beras 58 persen dari kewajibannya sebanyak 2-2,5 juta ton. Itu artinya, sangat kuat diduga impor saat ini, sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. “Janganlah dalam masa sulit mengambil keuntungan dari rakyat kecil,” kecam dia.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby