Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mendapatkan informasi bahwa PT Pacific Petroleum Trading (PPT) telah membangun kantor cabang di Singapura, selain di Jakarta dan Jepang. Perusahaan migas PPT ini dulunya bernama Far East Oil Trading Company yang ada sejak 1965.

“Informasi yang saya terima, mereka membuka kantor baru di Singapura. Bahkan ISC Pertamina menjadi pemasok juga. Motif dibalik upaya membangkitkan kembali perusahaan PPT tersebut patut dipertanyakan. Kuat dugaan, perusahaan ini akan menjadi broker gas Pertamina,” ujar Yusri Usman di Jakarta, Senin (13/2).

Pasalnya, Pertamina memiliki 59 persen saham PPT dan sisanya dipegang konsorsium beberapa perusahaan Jepang seperti Toyota Motor Corp., JX Nippon Oil & Energy Corporation, Kashima Oil Co Ltd, Nippon Steel Engineering, dan sebagainya. Pada tahun 1974, perusahaan ini turut didemo rakyat Indonesia sebagai wujud penolakan Investasi Jepang.

“Far East Trading ini milik Pertamina dan JIOC. Ini konsorsium perusahaan besar di Jepang. Sejarahnya Far Eas Trading ini pada tahun 1974 pada saat itu terjadi demo menolak Investasi Jepang,” jelasnya.

Perlu diketahui, Mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, Faisal Basri mengungkapkan keterikatan Pertamina dalam kesepakatan impor gas mencapai 10,5 Juta ton dari berbagai negara pada tahun 2019. Diantara negara yang bakal menjadi sumber impor itu yaitu Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya Mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, Faisal Basri yang juga merupakan Ekonom Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan motif pencaplokan PT PGN (Persero) Tbk oleh PT Pertamina (Persero) melalui holding, tak lepas dari keterikatan kontrak Pertamina terhadap Impor LNG secara besar-besaran dari berbagai sumber, termasuk dari AS. (Baca: Ini Alasan Pertamina Caplok PGN)

Berdasarkan hasil penelusurannya bahwa usulan holding energi yang mencaplok PGN berdasarkan insiatif Pertamina dibisiki oleh Wood Mackenzie. Sedangkan Pertamina jelas Faisal merupakan nasabah terpenting di dunia bagi Wood Mackenzie.

“Saya telah menelusuri holding ini inisiatif dari Pertamina yang dibuat oleh Wood Mackenzie, diketahui bahwa Pertamina merupakan nasbah terpenting di dunia bagi Mackenzie dan kebetulan Direktur keuangannya mantan Mackenzie juga. Banyak sekali kajian yang dipakai Kementerian BUMN mengunakan rujukan Mackenzie,” kata Faisal

Adapun alasan mendasar motif penguasaan PGN ini karena Pertamina terlanjur melakukan penandatanganan kontrak impor LNG 6 juta ton per tahun dari berbagai sumber yang akan dimulai pada tahun 2019, kemudian yang masih dalam penjajakan sebesar 10.5 juta ton.

Dengan kondisi ini dipastikan Pertamina akan mengalami kerugian lantaran faktor pengaruh harga. Yang terpenting dari kontrak ini, jika tidak optimal serapan dalam negeri maka akan memberatkan bagi pertamina. Oleh karena itu tumbuh semangat menggebu pada Pertamina ingin menguasai PGN yang diketahui banyak menguasai pasar atau konsumen.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka