Jakarta, Aktual.co — Pernyataan manajemen PT Pertamina (Persero) yang menyebutkan bahwa pihaknya saat ini masih lebih diuntungkan dengan mengimpor minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM) dibandingkan dengan memproduksi di kilang pengolahan sendiri menuai kritikan keras dari kalangan pengamat energi.

Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa pernyataan manajemen Pertamina itu menunjukan mental yang tidak bisa membedakan antara tujuan keuntungan dengan tujuan kemandirian.

“Tentu dengan harga minyak dunia seperti sekarang dikalikan dengan biaya investasi pembangunan kilang minyak tentu secara nilai keekonomian tidak menarik. Tapi pertanyaannya, apa tujuan kita? Apakah mau cari untung atau untuk kemandirian energi?,” kata Ferdinand kepada Aktual.co di Jakarta, Jumat (27/2).

Ferdinand mengaku memahami mengapa Pertamina menjadi lebih diuntungkan dengan mengimpor minyak daripada mengolah di kilang sendiri. Akan tetapi, ia juga meminta Pertamina untuk tidak menutup mata dan berpura-pura tidak tahu bahwa tingginya cost operation Pertamina itu juga disebabkan oleh gemuknya jumlah karyawan di Pertamina.

“Jumlah karyawan juga berpengaruh pada harga minyak produksi sendiri. Ditambah lagi ketidakefisiensian dan kebocoran atau mark up yang terjadi tentu menjadikan harga minyak produksi pertamina sendiri jadi lebih mahal,” ucapnya.

Menurutnya, Pertamina harus mengaudit kembali kebutuhan Sumber Daya Manusianya agar tidak terlalu gemuk seperti saat ini.

“Padahal kerjanya tidak efektif. Hal-hal yang menambah pengeluaran juga harus dihilangkan seperti acara-acara mewah Pertamina. Masa pisah sambut saja harus dibuat di Singapura seperti ‘cocktail party’ bulan lalu?,” tukas dia.

“Hal-hal seperti ini harus dihilangkan. Sepanjang pertamina tidak melakukan efisiensi ya memang Pertamina lebih suka impor, kerja enak, dapat gaji besar, dapat hadiah dari mafia trader atau impor,” imbuhnya.

Lanjutnya, tetapi kedaulatan dan kemandirian energi tidak akan pernah tercapai. Inilah yang tidak dipikirkan oleh pimpinan Pertamina, yang masih hanya berpikir menjadi seorang direksi Pertamina hanya untuk mengurusi impor minyak sehari-hari.

“Namun tidak dibarengi dengan berpikir bagaimana menjadikan Indonesia berdaulat dan mandiri disektor energi,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka