Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (persero) menyampaikan sejumlah alibi dan pembelaan atas insiden kegagalan impor crude oplosan yang telah membawa kerugian bagi BUMN tersebut. Tender yang dimenangkan oleh Glencore telah melenceng dari kesepakatan dan tidak sesuai komposisi pesanan yang diinginkan oleh Pertamina.

Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba, mengatakan, minyak yang dikirim oleh Glencore tidak memenuhi komposisi pesanan 70% Sarir dan 30% Mesla, namun yang datang malah sebaliknya 30% Sarir dan 70% Mesla.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan penundaan dan tidak menerima cargo minyak tersebut. Adapun pembelaan Daniel Purba, bahwa proses tender tersebut telah dilakukan secara normal seperti tender minyak lainnya.

“Sebenarnya ini program yang telah terencana melakui tender kan. Sarir dan Mesla itu satu dari sekian yang kita buat, waktu itu kita buka 16 pilihan, maka Sarir-Mesla terpilih. Kemudian pending, karena pada saat lifting itu ada gangguan produksi shut down di Libya asalnya itu,” tutur Daniel menanggapi pertanyaan Aktual.com di Gedung Pertamina Pusat, Rabu (21/9)

Lebih lanjut, Daniel belum bisa memastikan pending itu hingga batas waktu kapan, namun dia akan melakukan pemantauan untuk mendapat minyak yang sesuai keinginan Pertamina. Saat ini, katanya, dia sedang fokus untuk menanggulangi efek kegagalan transaksi tersebut.

“Pending sampai kapan? Barang kali kita fokus dulu akibat pending itu, kita atasi dengan minyak domestik. Jadi itu, karena disana kan kondisinya lagi nggak stabil, lagi perang, jadi minyak yang mereka pasarkan dari Libya itu terganggu. Saya nggak tahu samapai kapan, tapi kita monitor terus,” tambahnya.

Selain itu, pihaknya saat ini sedang melakukan review dari tender lainnya yang sedang berlangsung agar sesuai dengan kesepakatan.

“Ini masih ada lagi tender lain yang lagi di review. Jadi semangatnya kita mau memperbanyak jenis-jenis crude pilihan untuk bisa kita masak. Yang nawarin makin banyak dan perusahaannya juga makin banyak, persaingannya makin ketat,” tandas Daniel.

 

*Dadang

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta