Politisi Hanura Inas Nasrullah Zubir

Jakarta, Aktual.com– Wakil Ketua Komisi VI DPR, Inas N Zubir mengatakan, banyak informasi hoax menyangkut harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipolitisasi menjelang Pilpres 2019.

Informasi itu mencitrakan seakan harga BBM pada pemerintahan Jokowi paling termahal dalam sejarah sejak Indonesia merdeka. Jelas ujar Inas, Info itu merugikan kandidat yang didukung oleh partainya (Hanura) pada Pilpres nanti.

“Informasi sesat ini sangat intens diteriakan oleh gerakan 2019 ganti presiden, padahal yang terjadi tidak demikian,” kata Inas kamis (30/8).

Berikut penjelasan Inas mengenai perbandingan harga era presiden SBY dengan Jokowi:

Harga Premium di awal pemerintahan SBY, adalah Rp. 1820,- kemudian terjadi kenaikan 2 kali pada 1 maret 2005, Rp. 2400,- lalu 1 oktober 2005 terjadi kenaikan yang signifikan, 88%, menjadi Rp. 4500,-, tahun 2008 terjadi kenaikan lagi menjadi Rp. 6000,-, kemudian di tahun yang sama turun 2 kali menjadi Rp. 5000,- dan tahun 2009 turun lagi menjadi Rp. 4500,-, akan tetapi pada th 2013 terjadi kenaikan 34% menjadi Rp. 6500,-

Di awal pemerintahan Jokowi, harga minyak dunia melambung secara signifikan serta adanya kebijakan penghapusan subsidi bensin premium sehinga th 2014 naik 30% menjadi Rp. 8500,-, tapi kemudian pada th 2015 diturunkan menjadi Rp. 7600,-, lalu turun lagi menjadi Rp. 6800,-, ditahun yang sama juga nak lagi Rp. 7300,- kemudian th 2016 turun lagi Rp. 6950,- dan th 2017 turun menjadi Rp. 6550,- s/d sekarang

Di era SBY, supply chain import melibatkan pemburu rente sehingga rantai supply menjadi lebih panjang sbb:
Dari Trader/Major Oil Company(MOC) kepada GLobal Energy/Verita oil/Gold Manor lalu ke National Oli Company(NOC) lalu ke Pertamina Energy Services(Petral) kemudian ke Pertamina, dengan Formula harga RON88=MOPS92-US$(0 s/d 0.5) per barrel, dimana disubsidi dari APBN sekitar Rp. 200 triliun.

Trader, MOC dan NOC adalah perusahaan trading internasional yang berpengalaman dalam bisnis minyak, sedangkan MOC selain trading, mereka juga punya ladang dan kilang minyak, yang lain-nya yakni NOC adalah perusahaan minyak milik negara-negara produsen minyak diluar negri.

Yang menarik adalah Global Energy, Verita Oil dan Gold Manor semuanya perusahaan milik Mr. MR yang selama ini diduga sebagai bos mafia migas di Pertamina.

MOPS92 adalah basis harga RON 92 (fluktuatif) yang digunakan untuk menghitung harga RON88 karena RON88 tidak ada basis harganya, karena memang tidak ada kilang didunia yang memproduksi RON88 kecuali Pertamina.

Di era Jokowi supply chain import dipangkas menjadi 2 rantai/fihak saja, yakni Trader/MOC/NOC langsung ke Pertamina, formula harga menjadi lebih ekonomis yakni, RON88=MOPS92-US$(2 s/d 2.5) per barrel, dimana subsidi APBN ditiadakan.

Harga solar di era SBY akhir 2014 adalah Rp. 5.500,- dengan subsidi dari APBN kurang lebih Rp. 45 triliun, sedangkan harga solar era Jokowi, harga sekarang Rp. 5150, berarti turun Rp. 350,- dengan subsidi Rp. 15.6 triliun saja.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta